Sabtu, 30 April 2011

TESIS, HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI PIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PRESTASI KERJA GURU SMK KAB.BEKASI

PRESTASI KERJA


Hubungan Antara Komunikasi dan Pengambilan Keputusan Dengan

Prestasi Kerja Guru SMK Negeri di Kabupaten Bekasi















R O D I Y A H

No. Reg : 7616090543



Tesis yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Medapatkan Gelar Magister



PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2010



BAB I


PENDAHULUAN





A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan. Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.

Prestasi kerja guru sebagai pegawai negeri sipil adalah hasil usaha yang dicapai berdasarkan kecakapan dan keterampilannya. Prestasi kerja guru juga merupakan hasil dari jasa yang diberikan oleh guru sebagaimana dinyatakan oleh Dharma yang mendefinisikan bahwa prestasi kerja guru sebagai suatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok. Sedangkan Dorothy dan Joseph Dowdell menyatakan ‘A teacher must organize his semester’work, his units, his daily lesson plans. He must organize his time and his effort,

Guru sebagai PNS dalam melaksanakan pekerjaannya memerlukan kemampuan dan keterampilan untuk mencapai prestasi kerja guru yang tinggi, Prestasi kerja (Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Sesuai dengan hal tersebut, Gray & Smelizer, menyatakan ;

“ Performance is what an employee accomplishes on the job, where as motivation is the employee’s desire to perform”, Prestasi kerja adalah kemampuan karyawan untuk menyelesaian pekerjaannya di dorong oleh motivasi sebagai suatu keinginan untuk melakukannya “.

Peranan profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal. Untuk maksud tersebut, maka peranan profesional tersebut menurut Soetjipto dan Rafis Kosasi, mencakup (tiga) Bidang layanan yaitu ; layanan instruksional, layanan administratif, dan layanan bantuan akademik non pribadi, Ketiga bidang layanan tersebut menjadi tugas pokok seorang guru. Layanan Instruksional merupakan tugas utama seorang guru, sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan akademik non pribadi merupakan layanan pendukung. Guru juga diharapkan mampu melaksanakan sepuluh kemapuan dasar sebagai wujud profesionalisme guru yang tercantum dalam Ditjen Dikdasmenti dan Ditjen Dikti, dikutip oleh A. Samana, sebagai berikut:

1. Guru dituntut menguasai bahan ajar

2. Guru mampu mengelola program belajar mengajar

3. Guru mampu mengelola kelas

4. Guru mampu menggunakan media dan sumber pembelajaran

5. Guru menguasai landasan-landasan pendidikan

6. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar

7. Guru mampu menilai pretasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran

8. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

9. Guru mengenal dan mampu ikut menyelanggarakan administrasi sekolah

10. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsir hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.



Dalam kenyataannya kesepuluh kemapuan dasar guru yang dituntut dalam dokumen resmi tersebut sebagai wujud ‘Profesionalisme Guru’ masih menjadi harapan atau cita-cita yang mengarah pada mutu guru. Saat ini diduga masih banyak guru yang belum menguasai kesepuluh kemampuan dasar keguruan tersebut yang menjadi tolah ukur kinerja sebagai pendidik profesional, atau sebagian guru menguasai beberapa dari kesepuluh kemampuan dasar tersebut dengan baik.

Penilaian Prestasi kerja atau kinerja amat penting bagi suatu organisasi, dengan kegiatan tersebut suatu organisasi dapat melihat sampai sejauh mana faktor manusia dapat menunjang tujuan suatu organisasi, melalui penilaian kinerja organisasi dapat memilih dan menempatkan orang yang tepat untuk menduduki suatu jabatan tersebut secara objektif. Metode penilaian kinerja guru yang selama itu digunakan adalah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) berdasarkan Pasal 20 UU 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian menjadi landasan keberadaan DP3, lengkapnya adalah: Untuk menjamin objektivitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan melalui penilaian kinerja organisasi dapat memilih dan menempatkan orang yang tepat untuk menduduki suatu jabatan yang objektif.

Metode Penilaian kinerja guru yang selama ini digunakan adalah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) berdasarkan pasal 20 UU 8 Tahun 1974, lengkapnya adalah ; “ Untuk menjamin objektivitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dan daftar urut kepangkatan . Dalam penjelasan ayat tersebut dinyatakan unsur yang perlu dinilai dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan, antara lain adalah Prestasi kerja, rasa tanggung jawab, kesetiaan, prakarsa, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan. Ukuran yang digunakan dalam menentukan daftar urut kepangkatan, jabatan, pendidikan/latihan jabatan, masa kerja dan umur. DP3 sebagai alat ukur yang digunakan oleh pimpinan dalam menilai guru PNS pada kenyataannya masih banyak yang belum tepat sasaran atau objektif, beberapa kelemahan menurut Erwin Miftah, sebagai berikut:

1. Kurang pemahaman yang mendalam dari para Pejabat Penilai (Rater) dan pegawai yang dinilai (Ratee) mengenai bagaimana melakukan penilaian prestasi kerja yang baik.

2. Keterbatasan data pendukung dalam melakukan penilaian,

3. Banyaknya pertimbangan pada item-item yang diajukan sehingga

menyita waktu,

4. Ketidak jelasan standar yang dipakai dalam penilaian

5. Terdapat item-item penialai yang tumpang tindih dan kurang tepat dalam mengklasifikasikannya.



Pada akhirnya Penilaian prestasi kerja guru seringkali ‘Bias’ dan kurang objektif, namun hal tersebut seharusnya tidak menurunkan prestasi kerja guru terutama dalam melaksanakan pelayanan terbaik dalam dunia pendidikan, oleh karena itu disamping DP3 sebagai alat ukur penilaian prestasi kerja guru, juga banyak faktor-faktor lain yang turut berperan dalam mendukung terciptanya kinerja guru yang baik diantaranya adalah peranan kepala sekolah sebagai pimpinan yang menentukan keberhasilan mutu pendidikan dalam organisasi sekolah.

Keberhasilan prestasi kerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan akan didukung oleh kepala sekolah sebagai pemimpin yang harus pandai membaca situasi dan kondisi dimana jalinan komunikasi yang harmonis antara kepala sekolah dengan guru, staf tata usaha, siswa dan orang tua serta pihak lain yang mempengaruhi atas keputusan yang diambil sehingga tepat sasaran. Lemahnya kemampuan kepala sekolah dalam berkomunikasi secara umum akan mengakibatkan terhambatnya proses pengambilan keputusan dan penyampaiakn keputusan sehingga kinerja guru menjadi lemah dan layanan pendidikan berjalan tidak sesuai dengan harapan.

Berdasarkan latar belakang di atas dipandang perlu melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui hubungan antara komunikasi dan pengambilan keputusan dengan prestasi kerja.



B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi sejumlah permasalah untuk diteliti lebih lanjut, yaitu diantaranya :

1. Apakah terdapat hubungan antara sistem informasi dengan prestasi kerja guru ?

2. Apakah terdapat hubungan antara komitmen kerja dengan prestasi kerja guru ?

3. Apakah terdapat hubungan antara kemapuan komunikasi (communication ability) kepala sekolah dengan prestasi kerja guru ?

4. Apakah terdapat hubungan antara iklim kerja organisasi dengan prestasi kerja guru ?

5. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan prestasi kerja guru ?

6. Apakah terdapat hubungan antara komunikasi organisasi dengan prestasi kerja guru ?

7. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi kerja guru ?

8. Apakah terdapat hubungan antara pengambilan keputusan dengan prestasi kerja guru



C. Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah diatas menggambarkan ada berbagai faktor variabel yang mempengaruhi Prestasi Kerja guru sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, biaya, dan tenaga serta agar penelitian lebih terarah maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dengan mempertimbangan ke-4 tersebut dalam penelitian, maka penelitian ini hanya akan membahas pada masalah : Komunikasi Kepala Sekolah, Pengambilan Keputusan, dan Prestasi kerja Guru.



D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja ?

2. Apakah terdapat hubungan antara Pengambilan Keputusan dengan prestasi kerja ?

3. Apakah terdapat hubungan antara komunikasi dan Pengambilan keputusan secara bersama-sama dengan prestasi kerja ?



E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menjelaskan prinsip-prinsip tentang komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan prestasi kerja guru. Lebih jauh lagi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang manajemen mutu pendidikan.

Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan prestasi kerja guru.


BAB II


KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS



A. Deskripsi Teoritis

1. Prestasi Kerja

Prestasi dalam bahasa Inggris outcome yang berarti hasil, lebih luas diartikan sebagai suatu hasil atau efek samping dari usaha yang dilakukan. Kata prestasi sering digunakan untuk menyatakan suatu pekerjaan yang telah dilakukan, baik yang dicapai secara perorangan misalnya prestasi belajar maupun secara kelompok misalnya prestasi olah raga. Untuk menyatakan hasil kerja yang sudah dilakukan sering juga digunakan istilah performance. Apabila dihubungkan dengan prestasi kerja guru, tentunya prestasi yang dicapai oleh guru dalam mengerjakan tugas fungsionalnya untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan.

Prestasi merupakan hasil kerja yang telah dilakukan oleh guru sesuai dengan tujuan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Berhubungan dengan prestasi kerja (Work Performance), Dave Ulrich menyatakan,’’ The Performance evaluations of all HR manager, for example, include trends in employee-attitude surveys score and in the quality of their action plans are also subjects during major business reviews”. artinya Prestasi kerja atau Kinerja bagi Manager HRD di evaluasi dalam survei sikap karyawan-nilai dan kualitas rencana aksi mereka juga mata pelajaran selama ulasan pekerjaan utama.

Prestasi kerja guru merupakan hasil dari jasa yang diberikan oleh guru sebagaimana dinyatakan oleh Dharma yang mendefinisikan bahwa prestasi kerja sebagai sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau Sekelompok orang.

Peranan profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal dan mewujudkan peningkatan kualitas pendidkan dalam satuan pendidikan secara menyeluruh, untuk maksud tersebut, maka peranan profesional tersebut menurut Soetjipto dan Rafis Kosasi, mencakup 3 (tiga) Bidang layanan yaitu ; layanan instruksional, layanan administratif, dan layanan bantuan akademik non pribadi, Ketiga bidang layanan tersebut menjadi tugas pokok seorang guru. Layanan Instruksional merupakan tugas utama seorang guru, sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan bantuan bantuan merupakan layanan pendukung

Robin-Stuart-Kotze menyatakan bahwa : Performance improvement is about examining your current behaviour, recognizing

what you need to do differently, entertaining new ideas, and consciously changing your behaviour to meet the changing requirements of your job . Di sini Robin menjelaskan bahwa peningkatan prestasi kerja adalah perubahan prilaku dilakukan secara sadar oleh setiap individu dengan cara yang berbeda dan dengan mengemukakan ide-ide baru yang dianggap akan membawa kemajuan pada perubahan yang disesuaikan dengan perubahan organisasi yang dibutuhkan, artinya Individu yang memiliki keinginan berprestasi akan terus merubah cara bekerja sesuai kebutuhan dan kemajuan organisasi misalnya kemajuan IPTEK.

Menurut Keith Davis & John W.Newstrom, “ Motivasi Berprestasi adalah dorongan dalam diri seseorang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan, Orang-orang yang memiliki dorongan ini ingin berkembang dan tumbuh, serta ingin maju menelusuri tangga keberhasilan, penyelesaian sesuatu merupakan hal yang penting demi penyelesaian itu sendiri tidak untuk imbalan yang menyertainya”.

Sejumlah karakteristik menunjukan pegawai yang berorientasi prestasi, mereka bekerja keras apabila mereka memandang bahwa mereka memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko gagal, dan apabila mereka mendapat balikan spesifik tentang prestasi di waktu lalu. Sebagai manager, mereka cenderung mempercayai bawahan mereka, mau berbagi dan menerima gagasan secara terbuka, menetapkan tujuan tinggi, dan berharap bahwa pegawainya juga berorientasi pada prestasi.

Guru juga diharapkan mampu melaksanakan sepuluh kemapuan dasar sebagai wujud profesionalisme guru yang tercantum dalam Ditjen Dikdasmenti dan Ditjen Dikti, dikutip oleh A. Samana, sebagai berikut :

1. Guru dituntut menguasai bahan ajar

2. Guru mampu mengelola program belajar mengajar

3. Guru mampu mengelola kelas

4. Guru mampu menggunakan media dan sumber pembelajaran

5. Guru menguasai landasan-landasan pendidikan

6. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar

7. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran

8. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

9. Guru mengenal dan mampu ikut menyelanggarakan administrasi sekolah

10. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsir hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.



Penilaian Prestasi kerja atau kinerja amat penting bagi suatu organisasi, dengan kegiatan tersebut suatu organisasi dapat melihat sampai sejauh mana faktor manusia dapat menunjang tujuan suatu organisasi, melalui penilaian kinerja organisasi dapat memilih dan menempatkan orang yang tepat untuk menduduki suatu jabatan tersebut secara objektif.

Menurut Erwin Miftah dan pendapat beberapa pakar pendidikan bahwa: “ Metode penilaian kinerja guru yang selama itu digunakan adalah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) berdasarkan Pasal 20 UU 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian menjadi landasan keberadaan DP3, lengkapnya adalah :’Untuk menjamin objektivitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dan daftar urut kepangkatan”. Dalam penjelasan ayat tersebut dinyatakan unsur yang perlu dinilai dalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan, antara lain adalah Prestasi kerja, rasa tanggung jawab, kesetiaan, prakarsa, disiplin, kerjasama dan kepemimpinan. Ukuran yang digunakan dalam menentukan daftar urut kepangkatan, jabatan, pendidikan/latihan jabatan, masa kerja dan umur.

R.Wayne Mond, Robert M.Noe, Shane R. Premeaux, ‘’Performance appraisal (PA) is a formal system of periodic review and evaluation of an individual's job performance’’. Mereka menyatakan bahwa Penilaian Kinerja (PA) adalah suatu sistem formal review periodik dan evaluasi kinerja kerja seseorang sehingga dalam penilaian tersebut dilakukan berulang-ulang dan menilai prestasi kerja yang telah dicapai pada setiap waktu tertentu misalnya dalam 1 tahun.

Selanjutnya UU Sisdiknas 2003 sebagai panduan dalam pengelolaan pendidikan menjelaskankan mengenai promosi dan penghargaan tenaga didik dan kependidikan, latar belakang pendidikan , sertifikasi, pengaturan promosi semuanya telah tertera dalam UU Sisdiknas tersebut yang isinya , UU Sisdiknas 2003 No.20 pasal 43 menyatakan bahwa : “ (1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan, (2) Sertifikasi pendidik diselengarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kerja kependidikan yang terakreditasi, (3) Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah “.

Berdasarkan UU Sisdiknas No.23 Tahun 2003 tersebut maka tenaga pendidik yang memiliki prestasi kerja bekesempatan untuk mendapatkan promosi dalam pekerjaannya dan mendapat imbalan, sedangkan alat ukur dari data penilaian berfungsi untuk memberikan keputusan promosi dan masukan dalam menentukan sistem imbalan dan hukuman, sebagai kriteria riset personalia, alat prediksi untuk kegiatan dimasa yang akan datang , membantu menentukan tujuan-tujuan program pelatihan, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada para pegawai sehingga dapat memperbaiki prestasi kerja dimasa yang akan datang.

Sedangkan Agus Dharma menyatakan pula : Hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

b. Kualitatif, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik-tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ‘tingkat kepuasan’ yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluarannya.

c. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan . Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.”

B.Eugene Griessman mengemukan analisa hasil wawancaranya dengan beberapa orang yang memiliki prestasi kerja tinggi, dimana mereka mengemukankan bahwa dalam meraih prestasi kerja yang tinggi ditemukan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Mereka yang berprestasi tinggi menemukan Fak atau Kekhususannya, artinya mereka suka pada hal yang membuat mereka benar-benar menjadi pandai, dimana dari sekian aktivitas kerjanya mereka menemukan ada kekhususan salah satu aktivitas yang benar-benar disukainya dan mampu memotivasinya untuk meraih prestasi kerja yang tinggi.

2. Orang yang berprestasi tinggi mengembangkan suatu kecakapan, slogan yang selalu dipakai adalah : Semangat!, Capailah kedalaman pengetahuan dan keterampilan!, Bekerja keraslah !, Praktekan kesempurnaan ! artinya mereka tidak cepat berputus asa pada masalah-masalah yang dihadapi akan tetapi ditanamkan jiwa perjuangan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan terus bersemangat untuk meraih prestasi yang tinggi.

3. Orang-orang yang berprestasi tinggi menghargai dan memanajemen apa yang dimulai dari tiap orang dan waktu, artinya mereka menghargai waktu, mengenal time schedule, deadline, dan memanage semua tindakannya untuk menghadapi setiap orang dan waktu yang telah ditentukan.

4. Mereka yang berprestasi tinggi sangat gigih artinya mereka memiliki semangat tinggi dan gigih dalam melaksanakan pekerjaan tidak cepat puas tetapi ingin memberikan yang terbaik.

5. Mereka menyalurkan kebutuhan dan keinginan dalam pekerjaan mereka, diantaranya kebutuhan harga diri dan ingin dihargai, artinya mereka menganggap bahwa pekerjaan yang baik dan berprestasi adalah suatu kebutuhan yang harus dilakukan dan merasa yakin akan adanya penghargaan dari hasil kerjanya.

6. Orang berprestasi tinggi mengembangkan kemampuan untuk berokus, artinya mereka mempunyai kemampuan untuk mengatasi gangguan dan kebingungan serta memberikan perhatian penuh pada tugas yang dihadapi.

7. Orang-orang berprestasi tinggi berfungsi secara tepat dalam keadaan mereka masing-masing, artinya mereka berusaha untuk berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat.

8. Orang-orang yang berprestasi tinggi merasakan adanya kesempatan artinya mereka terbuka pada apa yang ada disekitar mereka dan merasakan bahwa pada setiap saat selalu ada kesempatan untuk meraih prestasi kerja yang tinggi.

9. Orang-orang yang berprestasi tinggi menggunakan kesempatan, artinya mereka memanfaatkan secara kreatif apa yang mereka temukan untuk kesempatan meraih prestasi kerja yang tinggi.

Prestasi kerja yang tinggi diharapkan juga ada pada setiap tenaga pendidik, untuk mendukung prestasi yang tinggi maka setiap individu harus mampu mengolah motivasi diri sehingga selalu memiliki semangat yang lebih baik, dan rasa tanggung jawab adalah salah satu faktor yang dapat menumbuhkan sikap untuk memotivasi diri dalam memacu prestasi, seperti yang dikatakan Robbins;’’The employee's Responsibility, today's employees should manage their own carrers like enterpreneurs managing a small business. They should think of themselves as self-employed, even if employed in a large organization . In a word 'free agency', the successful career will

be built on maintaining flexibility and keeping skill and knowledge up-to-date. The following suggestion are consistent with the view that you, and only you. Hold primary responsibility for your career.

1. Know yourself

2. Manage your reputation

3. Built and maintain network contacts

4. Keep current

5. Balance your specialist and generalist

6. Document your achievements

7. Keep your options open

Prestasi Kerja yang dicapai oleh guru merupakan interaksi dari berbagai faktor kemampuan usaha untuk memperoleh prestasi yang optimal, kadangkala menemui hambatan dan kesulitan untuk dilakukan, prestasi optimal dapat diraih tegantung dari bagaimana orang-orang atau pegawai tersebut memberikan respon terhadap kondisi yang mempengaruhi pekerjaannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja, dan prestasi kerja seseorang akan tergali dan muncul apabila faktor-faktor disekelilingnya mendukung dan memotivasi untuk terciptanya prestasi kerja yang baik, alat ukur yang tepat untuk evaluasi pencapaian prestasi kerja sangat dibutuhkan yang tepat dan baik sehingga pengukuran tidak bersifat subjektif akan tetapi tepat pada sasaran dan objektif berdasarkan hasil kerja yang sesuai standar



yang ditetapkan dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh guru.

Guru seringkali mendapatkan tugas tambahan dari satuan pendidikan, misalnya Pembina pramuka yang padat dengan agenda kegiatan diluar sekolah mengakibatkan guru tersebut lupa akan tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi) sebagai guru sesuai dengan standar kompetensi guru, prestasi guru akan tercapai bila telah terukur dengan tepat dan melampaui standar tupoksinya. Lingkungan yang berorientasi pada prestasi kerja, mereka memandang bahwa mereka memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya mereka dan prestasi yang diraihkannya tidak harus berorientasi pada materi tapi kebanggaan dan kepuasan pribadi.

Jhon P.Kotter dan James L.Heskett menyatakan : perusahaan yang berkinerja tinggi mendapatkan skor rata-rata 6,0. (hasil risetnya dalam rentang nilai 0 – 10) .

Paul Bullen menyatakan:” Some people have the view that performance indicators should be used as the basis for rewards and punishments for individuals or organizations”. Artinya beberapa orang memiliki pandangan bahwa indikator kinerja harus digunakan sebagai dasar untuk hadiah dan hukuman bagi individu atau organisasi

Ukuran-ukuran dari kinerja karyawan menurut Bernadin & Rusell yang dikutif oleh Faustino Cardoso dari tulisan Intanghina adalah sebagai berikut :

1. Quantity of work : jumlah kinerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan

2. Quality of Work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannnya

3. Job Knowlegde : luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan

4. Creativeness : keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul

5. Cooperation : kesediaaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesame anggota organisasi

6. Dependability : kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja

7. Initiative : semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dalam memperbesar tanggung jawab

8. Personal Qualties : menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integrasi pribadi.

Dari analisa teori di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam mencapai tujuan yang ditujukan dengan hasil kerja guru dari pelaksanaan tugas pokoknya, dengan indikator : kuantitas kerja, kualitas kerja, efektif dalam melaksanakan tugas, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas, dan penghargaan dalam melaksanakan tugas.



2. Komunikasi Pimpinan

Pentingnya komunikasi dalam kehidupan sosial telah menjadi perhatian para cendikiawan sejak zaman Aristoteles walaupun hanya berkisar pada retorika lingkup lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20, ketika dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, para cendikiawan menyadari betapa pentingnya peranan ‘komunikasi’ dalam sebuah organisasi, William V. Hanney dalam bukunya, Communication ans organizational Behavior, di sadur oleh Onong Uchjana Effendy. menyatakan;” Organization consists of a number of people; it involves interdependence ; interdependence alls for coordination ; and coordination requires communication,” Organisasi terdiri dari sejumlah orang; ia melibatkan keadaan saling bergantungan; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi.

Koordinasi berasal dari bahasa latin’coordinatio’ berarti ‘ kombinasi atau interaksi yang harmonis’, Interaksi yang harmonis di antara para karyawan suatu organisasi, baik dalam hubungannya secara timbal balik maupun secara horizontal di antara para karyawan secara timbal balik pula, disebabkan oleh komunikasi. Demikian pula interaksi antara pimpinan organisasi, apakah dia manager tingkat tinggi (Top Manager) atau manajer tingkat menengah (Middle manager) dengan khalayak luar organisasi. Sebagai komunikator, seorang pimpinan harus menyesuaikan pesan kepada peranan yang dilakukannya, karena komunikasi yang dilakukan oleh seorang pimpinan memiliki pengaruh besar terhadap karyawan dan organisasi.

Joseph A. Devito menjelaskan bahwa komunikasi antar personal biasanya dimotivasi oleh berbagai faktor yang menghasilkan bermacam-macam hasil dan efek atau pengaruh . Melalui komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran dan berbagai macam pengaruh yang memotivasi ke arah yang baik.

Steward dan Logan menyatakan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan orang-orang didalamnya ada kontak individu satu sama lain . Dalam hal ini komunikasi dapat terjadi di dalam satu keluarga, antar teman, didalam kelas, maupun dalam organisasi sekolah antar guru yang akan memberikan pengaruh informasi kepada pimpinan. David & Kim mengatakan, dukungan komunikasi merupakan proses untuk mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain walaupun tidak setiap komunikasi dapat mempertahankan hubungan tersebut.

Oteng menyatakan bahwa komunikasi ialah proses penyaluran informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau kelompok ke kelompok, Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang atau kelompok-kelompok di dalam suatu organisasi, jika komunikasi berjalan sepenuhnya maksud-maksud organisasi sangat mungkin difahami oleh semua anggota, dan mereka cenderung akan berbuat dengan cara yang kooperatif dan terkoordinasi menuju pencapaian maksud-maksud tersebut.

Komunikasi sangat pokok bagi eksistensi suatu organisasi, Seorang administrator biasanya menghabiskan sebagaian besar dari waktu bekerjanya untuk mengkoordinasi unsur-unsur manusia dan fisik dari organisasi menjadi suatu unit bekerja yang efisien dan efektif sehubungan dengan ini Bernard yang disadur oleh Oteng sutisna menyarakan bahwa;’ fungi utama seorang eksekutif adalah untuk mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi yang bekerja efektif. Informasi yang tepat, fakta-fakta, perasaan-perasaan, ide-ide harus dikomunikasikan sebelum putusan-putusan organisasional yang berarti dibuat. Dan ini harus berjalan terus-menerus jika maksud-maksud organisasi hendak dicapai dengan efisien’’.

R.Wayne Pace dan Don F.Faules menyatakan kepuasan komunikasi adalah pegawai merasa nyaman dengan pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan dalam organisasi, selanjutnya 8 dimensi kepuasan komunikasi yang stabil yaitu :

1. Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan berpihak pada organisasiSejauh mana para penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan.

2. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu.

3. Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan tertulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup.

4. Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi horizontal mengalir dengan bebas.

5. Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai

6. Sejauh mana para bawahan responsif terhadap komunikasi kebawah dan memperkirakan kebutuhan penyelia.

7. Sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai .



Rhenald Kasali, seorang motivator yang menyatakan dari semua unsur organisasi ada satu yang sangat penting, yaitu’ penyebaran informasi’ . Informasi bersifat memberitahu, memberikan semangat, menyortir, dan mendidik. Seorang Pemimpin perubahan memimpin dengan informasi. Dari informasi didapat langkah-langkah yang harus diambil, nama-nama yang boleh diundang, dan sebagainya. Sebaliknya, para karyawan juga bergerak karena informasi. Informasi yang baik tersebar secara merata keseluruh segmen organisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan memberikan umpan balik kepada pemberi informasi.

Aristoteles dalam buku Jalaludin Rahmat menyatakan bahwa Karakter komunikator dijadikan ‘Ethos’. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik ( good sense, good moral character, good will ) artinya bahwa setiap yang dikomunikasikan oleh pimpinan akan selalu diterima oleh rakyatnya, karena semua rakyat percaya terhadap ucapan pimpinan selalu untuk kebaikan rakyat dan negara

Kepala sekolah sebagai pimpinan di tuntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi, menurut E. Mulyasa, Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk :

1. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikannya di sekolah

2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan

3. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik

4. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah



George R.Terry & Leslie W. Rue menyatakan ‘”Suatu kecakapan utama bagi seorang manager adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Memperoleh pengertian kebijakan-kebijakan, menjaga bahwa instruksi-instruksi dimengerti dengan jelas dan mengusahakan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan, semuanya tergantung dari komunikasi yang efektif.

Miftah Toha mengemukakan komunikasi suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain, lebih jauh henri fayol masih dalam buku miftah toha yang menunjukan adanya ‘Jembatan komunikasi’ yang akan mengefektifkan komunikasi diantara pejabat dimana komunikasi formal dalam suatui organisasi harus melewati pejabat-pejabat sebelum mencapai komunikasi yang lebih tinggi, dengan jembatan komunikasi sebagai jalan pintas berkomunikasi antar pejabat untuk mengefisienkan dan menghindari hambatan komunikasi formal dalam suatu organisasi.





Gambar 2.1 : Konsep Jembatan Fayol

Pengertian dan pemahaman harus terjadi sebelum otoritas itu dapat dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahan , ada 7 faktor yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas yang objektif di dalam organisasi adalah sebagai berikut :

1. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti

2. Seyogyanya harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi

3. Jalur komunikasi itu seharusnya berlangsung sependek mungkin

4. Garis komunikasi formal keseluruhan hendaknya dipergunakan secara normal.

5. Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi haruslah orang-orang yang cakap

6. Garis komunikasi seharusnya tidak mendapat gangguan sementara organisasi sedang berfungsi

7. Setiap komunikasi haruslah disyahkan.



Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa komunikasi pimpinan yang baik tepat dalam penyampaian informasi kepada pegawai atau bawahannya akan memberikan pengaruh bagi lingkungan kerjanya, penyampaian informasi yang efektif tidak terlalu panjang maka akan memudahkan pekerjaan-pekerjaan dan mengefisienkan setiap individu dengan menghindar hambatan komunikasi formal dalam suatu organisasi. Komunikasi dipandang sebagai cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan mempersatukan proses psikologi seperti, pemahaman, dan motivasi di satu pihak dengan bahasa pada pihak lain. Komunikasi pimpinan merupakan komunikasi yang harus dilakukan oleh pimpinan untuk pencapaian dan penyampaian tujuan.

Komunikasi akan berjalan efektif apabila dalam prosesnya mencakup lima hal sebagai berikut:

1. Adanya keterbukaan yaitu keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinterakasi.

2. Adanya empati yaitu merasakan seperti apa yang dirasakan orang lain.

3. Adanya dukungan baik yang diucapkan maupun yang tidak diucapkan

4. Adanya kepositifan yang mengandung arti perhatian positif terhadap orang lain.

5. Adanya kesamaan yang artinya mengetahui kesamaan pribadi atau saling menyadari bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi mempunyai hak yang sama walaupun kedudukan berbeda.

Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa komunikasi adalah interaksi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan dengan menyebarkan informasi dan menerima informasi yang mempengaruhi sehingga akan menciptakan suasana yang kondusip, memotivasi prestasi kerja dan kenyamanan dalam melaksanakan tugas kesehariannya, menilai hasil kerja dan meberikan penghargaan terhadap hasil kerja dapat diukur melalui indikator ; memberikan informasi,menerima informasi, adanya keterbukaan, umpan balik, memiliki kesamaan pandangan.



3. Pengambilan Keputusan

Proses kehidupan organisasi diwarnai oleh aktivitas pengambilan keputusan, artinya tidak ada satu organisasi yang terbebas dari kegiatan pengambilan keputusan, semenjak tahapan yang paling awal dari keberadaan sebuah organisasi keputusan sudah harus diambil.Keputusan yang telah ditetapkan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan organisasi, keputusan lebih tepat dikatakan sebagai cara yang dipandang tepat untuk merelisasikan tujuan yang telah ditetapkan.

Keputusan merupakan suatu tanggapan keorganisasian terhadap suatu problema. Setiap keputusan adalah keluaran dari proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan.

Teori pengambilan keputusan banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya Joseph E.Champoux’’ The decision making process defines a decision problem, creates alternatif courses of action, and chooses among them using decision criteria. The criteria for choosing among alternative can include the cost, profit, danger, or pleasure of each alternative. Although decision making focuses on choice, it also intends to reach goal “,Artinya Proses pengambilan keputusan mendefinisikan masalah menciptakan program alternatif tindakan, dan memilih di antara mereka yang menggunakan kriteria keputusan. Kriteria untuk memilih di antara alternatif dapat meliputi biaya, keuntungan, bahaya, atau kesenangan dari setiap alternatif. Meskipun berfokus pada pengambilan keputusan pilihan, tetapi juga bermaksud untuk mencapai tujuan.

Drucker dikutip Salusu mengartikan bahwa keputusan berarti pilihan yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan tersebut hampir tidak merupakan pilihan antara benar dan salah , tetapi justru sering terjadi pilihan antara yang hampir benar dan yang mungkin salah. Keputusan adalah pilihan yang secara sadar dijatuhkan atas suatu alternatif dari berbagai alternatif yang tersedia .

Pengambilan keputusan sangat menentukan arah dan tujuan serta kinerja dari para guru, oleh karena itu pengambilan kepu`tusan yang dilakukan oleh seorang kepada hendaknya penuh pertimbangan dan melibatkan bawahannya, misalnya para wakil kepala sekolah atau pada guru pada saat mengadakan rapat awal atau akhir tahun pendidikan.

Kepala sekolah sebahai manajer juga dituntut untuk memiliki kemampuan mengambil keputusan seperti yang diungkapkan oleh E. Mulyasa, kemampuan pengambilan keputusan akan tercermin dari kemampuan :

1. Mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah

2. Mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah

3. Mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah

George R. Terry & Leslie W. Rue mengemukakan ‘Sebuah ciri umum manajer adalah bahwa ia seorang pembuat keputusan’, Seorang manager harus memutuskan tujuan-tujuan yang hendak dikerjakan. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, manajer harus memutuskan tindakan-tindakan khusus apa yang perlu, cara-cara baru apa yang harus diperkenalkan, dan apa yang harus dibuat untuk mempertahankan hasil kerja yang memuaskan.

Pemimpin dalam melakukan pengambilan keputusan melalui 4 dasar gaya kepemimpinan menurut Miftah Toha, yaitu :

1. Instruksi

2. Konsultasi

3. Partisipasi

4. Delegasi

Dari keempat gaya tersebut pemimpinan hendak memberitahukan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu tetang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana melaksanakan tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan pimpinan ; pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.

Nachrowi mengemukakan ‘Semua keputusan yang dibuat tentunya didasari pada pertimbangan matang dari berbagai kemungkinan yang ada agar kita mendapatkan pilihan yang terbaik, secara sistimatis permasalahan dirumuskan berdasarkan urutan sebagai berikut :

1. Apa masalah yang sedang dihadapi?

2. Apakah proses pengambilan keputusan hanya sekali dalam seumur hidup, atau beberapa kali dalam suatu periode waktu, ataukah keputusan yang sifatnya rutin yang kita lakukan sehari-hari?

3. Ada berapa alternatif solusi permasalahan ?

4. Berapa banyak pilihan solusi yang boleh diambil ?

5. Apa dasar pertimbangan pilihan terhadap solusi?

6. Berapa besar resikonya ?

7. Dan lain-lain.

Menurut Stoner bahwa pengambilan keputusan adalah penilaian diantara alternatif-alternatif .Dari berbagai yang diambil, terhadap satu tindakan yang diambil dari alternatif-alternatif yang dijadikan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang memenuhi syarat-syarat antara lain :

1. Keputusan yang bersifat strategis, taktis, dan maupun operasional harus berkaitan langsung dengan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin di capai.

2. Keputusan yang diambil harus memenuhi persyaratan rasionalitas dan logika yang berarti menuntut pendekatan ilmiah berdasarkan berbagai teori dan asas yang telah berhasil dikembangkan oleh para ahli.

3. Keputusan yang diambil dengan menggunakan pendekatan ilmiah digabung dengan daya pikir yang kreatif, inovatif, instutif, dan bahkan emosional.

4. Keputusan yang diambil harus dapat dilaksanakan

5. Keputusan yang diambil harus diterima dan di pahami baik oleh kelompok

6. Pimpinan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam melaksanakan keputusan maupun oleh pelaksana kegiatan operasional.

Jhon M . Bryson mengemukankan pendapat dan teori mengenai keputusan bahwa ; “The key to success, and the heart of political leadership is understanding how to intergroup relationship shape decision making and implementation outcomes.” .Artinya kunci sukses dari seorang pemimpin adalah nurani politik kepemimpinannya untuk memahami bagaimana hubungan antara bentuk pengambilan keputusan dan hasil.

Seorang akhli ilmu manajmenen yaitu Goodstein mengemukankan teori keputusannya :”A decision that needs to be made is the degree of tightness required between the overall strategic plan and the various action plan”’ . artinya sebuah keputusan yang harus dibuat adalah tingkat keketatan yang diperlukan antara keseluruhan rencana strategis dan berbagai tindakan rencana.





Cara-cara manajemen dalam menghadapi masalah atau teknik mengambil keputusan dengan berbagai pendekatan menurut Terry tegantung dari latar belakang dan pengetahuan sang manager /Pimpinan serta situasi khusus pengambilan keputusan, yang berikut ini termasuk dalam pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan yang sering diambil, yaitu:

1. Analisa marjinal ; teknik membandingkan biaya ekstra dengan penghasilan yang berasal dari penambahan unit. Pertimbangan akan dilihat keuntungan dan kerugian dari keputusan yang diambil mendekati titik marginal

2. Teori psikologi , Teori psikologi yaitu Persoalan yang diputuskan manager dipengaruhi oleh nilai-nilai psikologis.

3. Intuisi (bisikan hati), Intuisi (bisikan hati) yaitu Menggunakan perasaan-perasaan batin orang yang membuat keputusan.

4. Pengalaman,Pengalaman yaitu berhubungan erat mengena persoalan berdasarkan pengalaman yang memberikan bimbingan, menolong membeda-bedakan, dan membantu menggenalisir keadaan masa lalu.

5. Mengikuti Sang Pemimpin, yaitu pengambilan keputusan dengan mengikuti Sang Pemimpin artinya sebagian besar keputusan dibuat dengan meniru keputusan yang sudah ada dari pemimpin yang dulu.

6. Percobaan, yaitu keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan percobaab-percobaan artinya mencoba dahulu dengan strategi yang mungkin mmpu mengatasi masalah yang ada.

7. Analisa yaitu keputusan diambil berdasarkan pemecahan komponen masalah dan setiap komponen diteliti secara terpisah dengan mencari hubungan sebab akibatnya.

8. Metode-metode kuantitatif, yaitu suatu kecenderungan menggunakan metode kuantitaf dalam pembuatan keputusan manajemen , misalnya dengan analisis statistik.

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa, pengambilan keputusan kepala sekolah adalah tindakan kepala sekolah dalam memilih alternatif terbaik dari alternatif-alternatif yang ada dalam upaya menentukan suatu keputusan dengan indikasi :

1) Mengidentifikasi masalah.

2) Membuat alternatif pemecahan masalah.

3) Mengevaluasi alternatif

4) Menetapkan alternatif terbaik

5) Evaluasi hasil alternatif.

Kepala Sekolah sebagai ‘Top Manager’ di lembaga pendidikan akan menentukan arah dan tujuan kinerja dari para guru, yang akan mendorong lingkungan yang berorientasi pada prestasi kerja guru. Pengambilan keputuan yang dialakukan oleh seorang pimpinan hendaknya penuh pertimbangan dan melibatkan bawahannya, misalnya pada saat rapat karena pengambilan keputusan yang tepat dan didukung oleh semua bawahannya maka kepala sekolah akan mudah dalam melakukan pengelolaan dan memimpin organisasi, selain itu pengambilan keputusan yang tepat akan memperkecil konflik dari berbagai masalah yang timbul dan setiap masalah akan mudah diselesaikan dengan baik dan menguntungkan semua pihak.



B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Komunikasi dengan Prestasi Kerja

Hal yang paling penting dari semua unsur organisasi ada satu yang sangat penting, yaitu’ penyebaran informasi’ . Informasi bersifat memberitahu, memberikan semangat, menyortir, dan mendidik. Seorang Pemimpin perubahan memimpin dengan informasi. Dari informasi didapat langkah-langkah yang harus diambil, nama-nama yang boleh diundang, dan sebagainya. Sebaliknya, para karyawan juga bergerak karena informasi. Informasi yang baik tersebar secara merata keseluruh segmen organisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan memberikan umpan balik kepada pemberi informasi.

Kepala sekolah sebagai pimpinan di tuntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi, akan tercermin dari kemampuannya untuk :

1. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikannya di sekolah

2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan

3. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik

4. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah

Suatu kecakapan utama bagi seorang manager adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Memperoleh pengertian kebijakan-kebijakan, menjaga bahwa instruksi-instruksi dimengerti dengan jelas dan mengusahakan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan, semuanya tergantung dari komunikasi yang efektif.

Prestasi kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, dengan kemampuan berkomunikasi yang baik oleh kepala sekolah akan membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang menguntungkan untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi kerja guru.

Komunikasi yang baik disampaikan oleh kepala sekolah maka akan mendorong sejumlah karakteristik menunjukan pegawai yang berorientasi prestasi, mereka bekerja keras apabila mereka memandang bahwa mereka memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya mereka, apabila hanya terdapat sedikit resiko gagal, dan apabila mereka mendapat balikan spesifik tentang prestasi di waktu lalu. Sebagai manager, mereka cenderung mempercayai bawahan mereka, mau berbagi dan menerima gagasan secara terbuka, menetapkan tujuan tinggi, dan berharap bahwa pegawainya juga berorientasi pada prestasi.

Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin lebih dominan untuk menciptakan saluran-saluran komunikasi yang tepat dan baik serta mengkondisikan sekolah yang kondusif dan berjalan sesuai dengan program yang direncanakan.

Berdasarkan uraian diatas diduga terdapat hubungan positif antara komunikasi kepala sekolah dengan prestasi kerja guru, dengan kata lain semakin tinggi kecakapan komunikasi kepala sekolah maka akan semakin tinggi pula prestasi kerja guru.



2. Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Prestasi kerja.

Keputusan berarti pilihan yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan tersebut hampir tidak merupakan pilihan antara benar dan salah , tetapi justru sering terjadi pilihan antara yang hampir benar dan yang mungkin salah. Keputusan adalah pilihan yang secara sadar dijatuhkan atas suatu alternatif dari berbagai alternatif yang tersedia.

Kepala sekolah sebagai manajer juga dituntut untuk memiliki kemampuan pengambilan keputusan akan tercermin dari kemampuannya :

1. Mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah.

2. Mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah.

3. Mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah

Sebuah ciri umum manajer adalah bahwa ia seorang pembuat keputusan. Seorang manager harus memutuskan tujuan-tujuan yang hendak dikerjakan. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, manajer harus memutuskan tindakan-tindakan khusus apa yang perlu, cara-cara baru apa yang harus diperkenalkan, dan apa yang harus dibuat untuk mempertahankan hasil kerja yang memuaskan.

Prestasi kerja guru dinyatakan baik dan buruk adalah hasil pengambilan keputusan kepala sekolah, apabila kepala sekolah telah melaksanakan teknik pengambilan keputusan secara tepat dan akurat maka hasil yang diperoleh akan memberikan dampak positif terutama pada prestasi kerja guru sebagai pelaksana sistem pendidikan di sekolah, keputusan yang tepat akan membawa dampak positif pada motivasi peningkatan prestasi kerja guru, sehingga guru akan terus berupaya memahami 10 kompetensi dasar yang harus dipahami dan dikuasai ditambah dengan kompetensi lain yang menunjang terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas diduga terdapat hubungan positif antara pengambilan keputusan kepala sekolah dengan prestasi kerja guru.

3. Hubungan Komunikasi dan Pengambilan Keputusan dan Prestasi Kerja .

Prestasi kerja guru merupakan hasil dari jasa yang diberikan oleh guru, prestasi kerja sebagai sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau Sekelompok orang.

Peranan profesional guru dalam untuk mencapai pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal. Peranan profesional guru mencakup 3 (tiga) bidang layanan yaitu ; layanan instruksional, layanan administratif, dan layanan bantuan akademik non pribadi, Ketiga bidang layanan tersebut menjadi tugas pokok seorang guru. Layanan Instruksional merupakan tugas utama seorang guru, sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan bantuan bantuan merupakan layanan pendukung.

Peningkatan prestasi kerja adalah perubahan prilaku dilakukan secara sadar oleh setiap individu dengan cara yang berbeda dan dengan mengemukakan ide-ide baru yang dianggap akan membawa kemajuan pada perubahan yang disesuaikan dengan perubahan organisasi yang dibutuhkan, artinya Individu yang memiliki keinginan berprestasi akan terus merubah cara bekerja sesuai kebutuhan dan kemajuan organisasi misalnya kemajuan IPTEK.

Komunikasi kepala sekolah dengan guru akan memberikan dorongan kesepahaman tentang tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan rangkaian tindakan yang juga akan berpengaruh terhadap kondisi organisasi dan menciptakan motivasi dan semangat bagi para guru, rangkaian tindakan pengambilan keputusan meliputi :

1. Mengidentifikasi masalah

2. Membuat alternatif

3. Mengevaluasi alternatif

4. Memilih alternatif

5. Mengevaluasi alternatif yang dilaksanakan.

Rangkaian tindakan tersebut perlu dilakukan dengan tepat dan hati-hati dengan mempertimbangkan banyak faktor termasuk mempertimbangkan aspirasi dari warga sekolah. Agar terbentuk kesepahaman maka keputusan yang diambil harus ditetapkan atas dasar informasi yang sebaik-baiknya diperoleh melalui komunikasi.

Harold Koontz/Cyril O’Donnell/Heinz Weihrich mengemukan terori pendekatan manajemen melalui struktur organisasi terdapat wewenang adalah sarana yang membuat manager melaksanakan kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan orang berprestasi. Wewenang menyediakan garis komunkasi utama dalam suatu perusahaan karena wewenang tersebut berurusan dengan komunikasi yang terdiri atas berbagai keputusan.

Berdasarkan uraian diatas diduga terdapat hubungan antara komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan dengan prestasi kerja guru, dengan kata lain makin tinggi kecakapan komunikasidan pengambilan keputusan kepala sekolah maka makin tinggi pula prestasi kerja guru



C. Pengajuan Hipotesis

Sesuai dengan teori-teori yang diuraikan yang diatas, maka terdapat tiga hipotesis yang dikemukakan berkenaan dengan penelitian yaitu :

1. Terdapat hubungan positif antara Komunikasi dengan Prestasi kerja.

2. Terdapat hubungan positif antara Pengambilan Keputusan dengan Prestasi Kerja.

3. Terdapat hubungan positif antara Komunikasi dan Pengambilan Keputusan dengan Prestasi Kerja.

BAB III


METODOLOGI PENELITIAN



A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah seperti diatas maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan Komunikasi Kepala sekolah dan Pengambilan Keputusan dengan prestasi kerja guru di Kab. Bekasi.

Tujuan umum di atas dapat dijabarkan atas beberapa tujuan khusus sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) SMK Negeri Kab. Bekasi.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Pengambilam Keputusan (X2) dengan prestasi kerja guru (Y) SMK Negeri Kab. Bekasi

3. Untuk mengetahui hubungan antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dan Pengambilan keputusan (X2) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) SMK Negeri Kab. Bekasi









B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri yang berada dalam wilayah Kabupaten Bekasi, sebanyak 4 (empat) sekolah sebagai, dengan perincian sebagai berikut

1. SMK Negeri 1 Cikarang Barat

2. SMK Negeri 2 Cikarang Barat

3. SMK Negeri 1 Cikarang Selatan

4. SMK Negeri 1 Cibarusah

Sementara itu penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu dua bulan melakukan kajian dokumen, pustaka/teori, dan pengolahan data lapangan, dan satu bulan melakukan penelitian di lapangan.



C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode survey dengan teknik korelasi. Metode survey diterapkan dalam pengumpulan data untuk mengungkap masalah aktual dengan mengambil sejumlah sampel dari populasi. Pendekatan korelasional diterapkan untuk menjelaskan hubungan antara variable penelitian yaitu : Prestasi kerja guru, Komunikasi kepala sekolah dan Pengambilan Keputusan.



Ketiga variable dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini :

















Gambar 3.1 Model Korelasi Hubungan antara variabel penelitian

Keterangan : X 1 = Komunikasi Kepala Sekolah

X 2 = Pengambilan Keputusan

Y = Prestasi Kerja



D. Populasi dan Sampel

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah Guru-guru PNS yang mengajar di SMK Negeri Kab. Bekasi, Sampel dari penelitian ini adalah Guru-guru PNS yang terdapat di SMK Negeri Kab. Bekasi, dengan rumus Slovinmorgan, n = N/1+Ne2 dimana ditentukan bahwa ; N: adalah Populasi,n: Sampel, 1; adalah bilangan tetap, dan e; adalah toleransi kesalahan mis: % atau (0.05), Data yang diperoleh : populasi 74 orang dan sampel 62 orang .



E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel Prestasi Kerja sumber datanya adalah Guru-guru PNS yang ada dilingkungan SMK Negeri Kab. bekast, melalui pengisian angket. Ada 3 (tiga) jenis angket yang digunakan yaitu :

1. Angket Presatsi Kerja Guru (Y)

2. Angket Komunikasi Kepala Sekolah (X1)

3. Angket Pengambilan Keputusan (X2)

E. 1 Variabel Prestasi Kerja

a. Definisi Konseptual

Prestasi kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam mencapai tujuan yang ditujukan dengan hasil kerja guru dari pelaksanaan tugas pokoknya, dengan indikator:

1) Kuantitas hasil kerja,

2) Kualitas Hasil Kerja,

3) Efektif dalam melaksanakan tugas,

4) Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas.

5) Penghargaan dalam Melaksanakan Tugas.

b. Definisi Operasional

Prestasi kerja adalah penilaian kepala sekolah terhadap sesuatu yang dikerjakan guru (Robin Stuart, Kotze, dan B. Eugene Griesseman) :

1) Kuantitas hasil kerja,

2) Kualitas Hasil Kerja,

3) Efektif dalam melaksanakan tugas,

4) Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas,

5) Penghargaan dalam Bekerja

Bentuk instrument menggunakan Skala Prestasi kerja dalam bentuk pilihan ganda dengan memberikan tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang dianggap benar/ tepat, terdiri dari 30 butir soal, setiap butir soal menggunakan pembobotan. :

a) Sangat sering

b) Sering

c) Kadang-kadang

d) Hampir tidak pernah

e) Tidak pernah

Dengan demikian didapatkan rentang skor teoritis antara 30 sampai 150 buah. Kisi-kisi angket prestasi kerja dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Prestasi Kerja



No Indikator Sebelum Uji Coba Instrumen Setelah Uji Coba Instrumen

No.Butir

Pernyataan Jumlah Pernyataan No. Butir

Pernyataan Jumlah Pernyataan

1. 1 Kuantitas hasil kerja 1,2,3,4,5,6, 6 1,2,3,5,6 5

2. 2 Kualitas hasil kerja 7,8,9 ,10,

11,12 6 7,8,9,10,

11, 12 6

3. 3 Efektif dalam

melaksanakan tugas 13, 14, 15, 16,17,18 6 13,14,16,17 4

4. 4 Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas 19,20,21,22

,23,24 6 19, 20, 21,

22, 23 5

5. 5 Penghargaan dalam melaksanakan tugas 25,26,27,28,

29,30 6 25,26,27,

29, 30 5

Total butir soal 30 25







E. 2 Variabel Komunikasi

a. Definisi Konseptual

Komunikasi adalah interaksi yng dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan dengan menyebarkan informasi dan menerima informasi yang mempengaruhi sehingga akan menciptakan suasana yang kondusip, memotivasi prestasi kerja dan kenyamanan dalam melaksanakan tugas keseharian, menilai hasil kerja dan memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dapat diukur, melalui indikator :

1) Memberikan informasi

2) Menerima informasi

3) Adanya keterbukaan

4) Umpan Balik

5) Memiliki kesamaan Pandangan

b. Definisi Operasional:

Komunikasi kepala sekolah adalah interaksi yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada bawahan, yang saling mempengaruhi sehingga ada kesamaan pandangan pada setiap individu, dengan indikator :

1) Memberikan informasi

2) Menerima informasi

3) Adanya keterbukaan

4) Umpan Balik

5) Memiliki kesamaan Pandangan

Bentuk instrument menggunakan Skala Komunikasi dalam bentuk pilihan ganda dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf jawaban yang dianggap paling benar/ tepat, terdiri dari 30 butir soal, setiap butir soal menggunakan pembobotan. :

a. Sangat sering

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Hampir tidak pernah

e. Tidak pernah

Dengan demikian didapatkan rentang skor teoritis antara 30 sampai 150. Kisi-kisi angket komunikasi kepala sekolah ditampilkan pada Tabel 3.2



Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Komunikasi Kepala Sekolah



No Indikator Sebelum Uji Coba

Instrumen Setelah Uji Coba Instrumen



No.butir Pertanyaan Jumlah No. butir

Pernyataan

Jumlah

1 Memberikan informasi 1,2,3,4,5,6 6 1,2,4

3



2 Menerima informasi 7,8,9,10,

11,12 6 9,10,11,12

4



3

Adanya keterbukaan 13,14,15,

16,17,18 6 13,14.16,

17,18 5



4 Umpan Balik 19,20,21,22,

23,24 6 19,20,21,

22,23,24 6

5 Kesamaan pandangan 25,26,27,28,

29,30 6 25,26,27,

28,29 5

Total butir soal 30 23





E. 3 Variabel Pengambilan keputusan

a. Definisi Konseptual

Pengambilan Keputusan kepala sekolah adalah penilaian guru terhadap tindakan pimpinan dalam memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang ada dalam upaya menetapkan suatu keputusan, dengan indikator :

1) Mengidentifikasi masalah

2) Mengumpulkan informasi

3) Menetapkan alternatif terbaik

4) Menilai hasil keputusan

5) Melaksanakan keputusan.

b. Definisi Operasional

Pengambilan keputusan adalah tindakan kepala sekolah dalam memilih alternatif terbaik dari alternatif-alternatif yang ada, pengukuran pengambilan keputusan kepala sekolah berdasarkan angket yang mengukur pemilihan alternatif terbaik dalam upaya pencapaian tujuan, dengan indikator :

1) Mengidentifikasi masalah

2) Mengumpulkan informasi

3) Menetapkan alternatif terbaik

4) Menilai hasil keputusan

5) Melaksanakan keputusan

Bentuk instrument menggunakan Skala Pengambilan keputusan dalam bentuk pilihan ganda dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf yang dianggap benar/tepat, terdiri dari 30 butir soal, setiap butir soal menggunakan pembobotan. :

a) Sangat sering

b) Sering

c) Kadang-kadang

d) Hampir tidak pernah

e) Tidak pernah

Dengan demikian didapatkan rentang skor teoritis antara 30 sampai 150. Kisi-kisi angket Pengambilan Keputusan ditampilkan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut;

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengambilan Keputusan



NO Indikator Sebelum Uji Coba Instrumen

Setelah Uji Coba Instrumen

No. butir

Pertanyaan Jumlah No.butir Pernyataan Jumlah

1 Mengidentifikasi Masalah. 1,2,3,4,5,6, 6 1,2,3,4,6

5



2 Mengumpulkan Informasi 7,8,9,10,

11,12, 6 8,10,11,12

4





3 Menetapkan alternative terbaik 13,14,15,

16,17,18 6 13,14,15,

17,18 5



4 Menilai hasil keputusan 19,20,21,

22,23,24, 6 20,21,22,

3





5 Melaksanakan keputusan 25, 26, 27,

28, 29,30 6 26,28,29,30

4



Total butir soal 30

21









F. Teknik Kalibrasi Instrumen Penelitian

Pengembangan 3 instrumen yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

1. Prestasi kerja

2. Komunikasi Kepala Sekolah

3. Pengambilan Keputusan

Di awali dengan menyusun 30 butir soal dengan 5 alternatif jawaban. Setiap alternatif jawaban memiliki skor antara 1 – 5 skor variable diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh, dengan demikian akan diperoleh rentang skor teoritis antara 30 – 150

Uji coba instrument dilaksanakan dengan melakukan uji coba kepada 30 responden dengan melakukan pengujian validitas butir soal dan perhitungan koefisien korelasi ( lampiran 2.a ).

F.1 Validitas

Validitas butir pernyataan diuji dengan menghitung koefisien korelasi Product Moment Person antara skor butir soal dengan skor total, butir soal dinyatakan valid bila memiliki nilai korelasi (r-hitung) dengan skor total lebih besar dari pada r-tabel atau r-hitung > r-tabel = Valid



F. 2 Reliabilitas

Berdasarkan data skor dari butir soal yang valid dihitung koefisien reliabilitas instrument dengan menggunakan Alpha Crombach. Semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas (a) maka butir soal akan semakin reliable (handal) sebagai instrument penelitian.

Pada hasil uji coba diperoleh data validitas dan reliabilitas instrument penelitian yang dihitung pada lampiran 1 serta ditabulasikan pada table 3.4 dan digunakan sebagai uji coba instrument penelitian

Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian



Jumlah Validitas Reliabilitas

Instrumen Respoden r-tabel Butir Valid Rentang skor A Status

Y 30 0,361 25 Valid 25-125 0.920 Reliabel

X1 30 0,361 23 Valid 23-115 0,899 Reliabel

X2 30 0,361 21 Valid 21-105 0,899 Reliabel



Keterangan :

Y = Prestasi Kerja

X1 = Komunikasi kepala sekolah

X2 = Pengambilan Keputusan

a = Koefisien Reliabilitas

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan setiap variabel dengan menghitung skor rata-rata (mean), modus, median, simpangan baku, serta menampilkan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram.

2. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi. Pengujian hipotesis didahului dengan uji prasyarat analisis yaitu, uji normalitas data dengan uji Kolmogorof-Smirnof .



H. HIPOTESIS STATIK

Hipotesis penelitian yang akan diuji, dirumuskan dalam tiga hipotesis statistik yaitu sebagai berikut :

1. H0 : y1 = 0

H1 : y1 > 0

2. H0 : y2 = 0

H1 : y2 > 0

3. H0 : y.12 = 0

H1 : y.12 > 0



Dimana ,

y1 : Koefisien korelasi antara komunikasi dengan prestasi kerja

y2 : Koefisien korelasi antara pengambilan keputusan dengan

prestasi kerja

y.12 : Koefisien korelasi antara komunikasi dan pengambilan

Keputusan dengan prestasi kerja


BAB IV


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Deskripsi Data

Deskripsi data hasil penelitian merupakan gambaran umum tentang variable-variabel hasil penelitian sebagai pendukung pembahasan selanjutnya. Berdasarkan banyaknya variabel dan mengacu pada masalah penelitian, maka deskripsi data dapat dikelompokan ke dalam 3(tiga) kelompok, yaitu : Prestasi Kerja Guru (Y), Komunikasi (X1) dan Pengambilan Keputusan (X2). Data tersebut adalah hasil kuantitatif terhadap jawaban responden atas angket (kuesioner) yang disebar.

Proses perhitungan dilakukan dengan cara pemberian skor pada tiap-tiap butir atau item kuesionert yang telah diisi oleh responden, kemudian diolah dengan menggunakan statistika deskriptif, sehingga diperoleh nilai rata-rata, median, modus, standar deviasi, varians, dan distribusi frekuensi yang disertai grafik histogram.



1. Variabel Prestasi Kerja Guru

Banyaknya data responden untuk variabel Prestasi Kerja Guru yang dinilai oleh Kepala Sekolah adalah 62 buah dengan total skor 5768.Hasil perhitungan terhadap variabel Prestasi Kerja Guru, diperoleh skor terendah 80 dan skor tertinggi 113 dengan rentang skor 33, Total skor tersebut diperoleh dari 25 pernyataan dengan skor skala 5. Jumlah skor teoritis minimal dan maksimal yang mungkin terjadi adalah 0 - 125 Perhitungan terhadap distribusi skor tersebut menghasilkan : (1) Nilai Rata-rata = 93,03, (2) Standar Deviasi = 9,21, (3) Modus = 87, (4) Median = 91,5, dan (5) Varians = 84,82. Sebaran skor Prestasi Kerja Guru dalam bentuk Tabel frekuensi dan histogram disajikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Prestasi Kerja Guru (Y)

Nomor Kelas Batas Frekuensi

Kelas Interval Kelas Absolut Rel. (%) Kum (%)

1 80 -84 79.5 - 84.5 15 24.19 24.19

2 85 - 89 84.5 - 89.5 12 19.35 43.55

3 90 - 94 89.5 - 94.5 7 11.29 54.84

4 95 - 99 94.5 - 99.5 11 17.74 72.58

5 100 - 104 99.5 - 104.5 7 11.29 83.87

6 105 - 109 104.5 - 109.5 8 12.9 96.77

7 110 - 114 109.5 -113.5 2 3.23 100

TOTAL 62 100









Gambar 4.1 : Histogram Frekuensi Prestasi Kerja Guru



2. Variabel Komunikasi Kepala Sekolah

Banyaknya data responden untuk variabel Komunikasi Kepala Sekolah yang dinilai oleh Guru SMK di Kabupaten Bekasi adalah 62 buah responden dengan total skor 5737 .Hasil perhitungan terhadap variabel Komunikasi Kepala Sekolah, diperoleh skor terendah 80 dan skor tertinggi 107 dengan rentang skor 27, Total skor tersebut diperoleh dari 23 pernyataan dengan skor skala 5. Jumlah skor teoritis minimal dan maksimal yang mungkin terjadi adalah 0 - 115 Perhitungan terhadap distribusi skor tersebut menghasilkan : (1) Nilai Rata-rata = 92,53, (2) Standar Deviasi = 7,33, (3) Modus = 92, (4) Median = 92, dan (5) Varians = 83,66. Sebaran skor Komunikasi Kepala Sekolah dalam bentuk Tabel frekuensi dan histogram disajikan pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Komunikasi Kepala Sekolah (X1)

Nomor Kelas Batas Frekuensi

Kelas Interval Kelas Absolut Rel. (%) Kum (%)

1 80 – 83 79.5 - 83.5 7 11.29 11.29

2 84 – 87 83.5 - 87.5 8 20.97 32.26

3 88 – 91 87.5 - 91.5 11 8.06 40.32

4 92 – 95 91.5 - 95.5 15 29.03 69.35

5 96 – 99 95.5 - 99.5 10 20.97 90.32

6 100 – 103 99.5 - 103.5 6 6.45 96.77

7 104 – 107 104.5 - 107.5 5 3.23 100

TOTAL 62 100





Gambar 4.2 : Histogram Komunikasi Kepala Sekolah (X1)



3. Variabel Pengambilan Keputusan

Banyaknya data responden untuk variabel Pengambilan Keputusan yang dinilai oleh Guru SMK di Kabupaten Bekasi adalah 62 buah responden dengan total skor 5665 .Hasil perhitungan terhadap variabel Komunikasi Kepala Sekolah, diperoleh skor terendah 80 dan skor tertinggi 105 dengan rentang skor 25, Total skor tersebut diperoleh dari 21 pernyataan dengan skor skala 5. Jumlah skor teoritis minimal dan maksimal yang mungkin terjadi adalah 0 - 105 Perhitungan terhadap distribusi skor tersebut menghasilkan : (1) Nilai Rata-rata = 91,37, (2) Standar Deviasi = 6,19, (3) Modus = 91, (4) Median = 91, dan (5) Varians = 38,27. Sebaran skor Komunikasi Kepala Sekolah dalam bentuk Tabel frekuensi dan histogram disajikan pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengambilan Keputusan (X2)

Nomor Kelas Frekuensi

Kelas Interval Absolut Rel. (%) Kum (%)

1 80 - 83 8 12.90 12.90

2 84 - 87 10 16.13 29.03

3 88 - 91 14 22.58 51.61

4 92 - 95 15 24.19 75.81

5 96 - 99 7 11.29 87.10

6 100 - 103 7 11.29 98.39

7 104 - 107 1 1.61 100.00

TOTAL 62 100.00











Gambar 4.3 : Histogram Pengambilan Keputusan (X2)



B. Pengujian Persyaratan Analisis

Analisis data untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis statistic parametric yaitu analisis regresi dan korelasi sederhana dan ganda. Pengujian persyaratan analisis ini meliputi normalitas dan pengujian homogenitas.

1. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas data variabel bebas, yaitu variabel Komunikasi Kepala Sekolah dan variabel Pengambilan keputusan . Untuk mengetahui apakah data populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak, diuji dengan menggunakan Lilliefors Test. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa yang disimbolkan dengan untuk sebaran galat taksiran berdasarkan model regresi, lebih kecil dari nilai kritis yang tertera pada Tabel 4.4 448

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Normalitas

No. Galat Taksiran Regresi Y atas X Nilai

Nilai

Nilai

Kesimpulan

Regresi Y atas X1 0,0973 0,130 0,112 Normal

Regresi Y atas X2 0,0880 Normal



Hasil pengujian normalitas di atas menunjukkan bahwa . Hal tersebut menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi dan data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Pengujian Homogenitas

Pengujian homogenitas data dilakukan dengan menggunakan Barlett Test. Pengujian dengan teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan harga dengan harga . Jika harga , maka varians kedua variabel adalah homogen, dan sebaliknya jika , maka varians kedua variabel tidak homogen. Hasil perhitungan untuk pengujian homo-genitas varians skor Y ditinjau dari skor variabel bebas tertera pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Homogenitas Varians

Kelompok Skor Y dari Skor Xi

No. Variansi Nilai

Nilai

Nilai

Kesimpulan

1 Y atas X1 13,82 50,892 43,775 Homogen

2 Y atas X2 14,34 52,675 45,830 Homogen



Bardasarkan hasil perhitungan yang tertera pada Tabel4.5 dapat dilihat bahwa < dan . Maka dapat disimpulkana varians kelompok skor variabel terikat terhadap variabel bebas bersifat homogen.

C. Uji Hipotesis

1. Pengajuann Uji Hipotesis dan Permasalahannya

Penelitian ini mengajukan 3 (tiga) hipotesis yang perlu diuji secara empiris. Semua hipotesis adalah dugaan tentang hubungan antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1), Variabel Pengambilan Keputusan (X2), baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Variabel Usaha Prestasi Kerja Guru (Y).

1.1 Pengujian Hipotesis Pertama: Hubungan Komunikasi KepalaSekolah (X1) dengan Prestasi Kerja Guru (Y)

Hipotesis pertama penelitian ini adalah: Ada hubungan yang signifikan Komunikasi Kepala Sekolah dengan Prestasi Kerja Guru . Langkah yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis, adalah menghitung persamaan regresi sederhana Variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X1) terhadap Variabel Prestasi Kerja Guru (Y). Selanjutnya dilakukan pengujian linearitas dan signifikansi persamaan regresi tersebut. Dari hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi Ŷ=59,76 + 0,360X1 Hasil pengujian linearitas dan signifi-kansinya tertera pada Tabel 4.6.

a. Tabel 4.6 Hasil Analisis Varians Pengujian Linearitas dan Signifikansi Regresi Ŷ=59,76+0,360X1

Sumber Varians dk JK RJK






Total 62 541784 541784 - - -

Koefisien (a) 1 536610,065 536610,065 - - -

Regresi (b/a) 1 423,6966 423,6966 5,352** 7,17 4,03

Sisa 60 4749,6384 79,160 - - -

Tuna cocok 20 1475,9485 73,797 0,45085ns 2,57 1,94

Galat 40 3273,69 81,842 - - -



Keterangan:

dk : derajat kebebasan

JK : Jumlah Kuadrat

RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat

** : Regresi sangat siginifikan ( = 5,352> = 4,03)

ns : Regresi Linear ( =0,450< = 2,57 dan = 1,94)

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 10, dapat disimpulkan bahwa regresi Ŷ=59,76+0,360X1 adalah sangat signifikan dan linear. Selanjutnya dari persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika Komunikasi Kepala Sekolah dan Prestasi Kerja Guru diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap kenaikan Komunikasi Kepala sekolah naik satu poin akan disertai kenaikan skor Prestasi Kerja Guru sebesar 0,360 pada arah arah yang sama dengan konstanta 59,76.Secara grafis persamaan regresi tersebut digambarkan pada gambar 4

Gambar 4.6 Grafik Regresi Y=59,76+0,360X1

Selanjutnya pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dengan Prestasi kerja Guru (Y), =0,2859 Pengujian signifikansi koefisien korelasi antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) menggunakan t-test. Hasil pengujian koefisien korelasi tersebut tertera pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien

Korelasi antara X1 dengan Y

N








60 0,2859 2,31 2,280 2,010



Keterangan:

ry1 : Koefisien korelasi antara X1 denga Y

** : Koefisien korelasi sangat siginifikan ( = 2,31 > = 2,2800 dan = 2,010

Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi sangat signifikan. Ini berarti terdapat hubungan positif antara Komunikasi Kepala Sekolah dengan Prestasi Kerja Guru . Berdasarkan angka koefisien korelasi tersebut dapat dihitung pula koefisien determinasinya = 0,0817. Hal ini berarti bahwa 8,1% dari Prestasi Kerja Guru (Y) dapat dijelaskan oleh Komunikasi Kepala Sekolah (X1). Untuk menjelaskan hubungan antara Variabel Komunikasi Kepala Sekolah dengan Variabel presstasi kerja guru (Y) . Variabel Pengambilan Keputusan (X2) dikontrol dilakukan analisis korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial yang diperoleh antara Y dengan X1, dimana X2 dikontrol =0,2670 Pengujian signifikansi koefisien korelasi parsial antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) dengan melakukan kontrol terhadap Pengambilan Keputusan (X2) dilakukan dengan cara mengkomparasikan dengan tabel r kritis Pearson Product Moment. Hasil pengujian tertera pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial

Korelasi Parsial






= 0,2859

2,31** 2,2800 2,010



Keterangan:

** : koefisien korelasi parsial sangat signifikan ( = 2,31> = 2,280dan 2,010)

: koefisien korelasi parsial antara Y atas X1 kontrol terhadap X2.

Interpretasi dari hasil pengujian di atas, jika Variabel Pengambilan Keputusan(X2) dikontrol, ternyata Variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X1) mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan Variabel Prestasi Kerja (Y).

1.2 Pengujian Hipotesis Kedua: Pengambilan Keputusan dengan Prestasi Kerja Guru.

Hipotesis kedua penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan Kemampuan Pengambilan Keputusan dengan Prestasi Kerja Guru . Langkah yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah menghitung persamaan regresi sederhana Variabel Kemampuan Kepala Sekolah (X2) terhadap Variabel Prestasi Kerja Guru (Y). Selanjutnya dilakukan pengujian linearitas dan signifi-kansi persamaan regresi tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi Ŷ=62,767+ 0,331X2 Hasil pengujian linearitas dan signifikansinya tertera pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Analisis Varians Pengujian Linearitas dan Signifikansi

Sumber Varians dk JK RJK



Total 62 541784 541784 - - -

Koefisien (a) 1 536610,065 536610,065 - - -

Regresi (b/a) 1 354,175 354,175 4,410 5,12 3,21

Sisa 60 4819,76 80,317 - - -

Tuna cocok 21 2316,982 110,332 0,9257ns 2,55 1,93

Galat 42 2502,778 64,1737 - - -



Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa regresi Ŷ= 62,767+0,331X2 adalah sangat signifikan dan linear. Selanjutnya dari persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika Pengambilan Keputusan dan Prestasi Kerja guru diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini dalam penelitian ini, maka setiap kenaikan pengambilan keputusan satu poin akan disertai kenaikan skor prestasi kerja guru sebesar 0,331 pada arah yang sama,dengan konstanta 62,767.Secara Grafis persamaan regresi tersebut digambarkan pada gambar 4.7



Gambar 4.7 Garis Regresi Y=62,767+0,331X2

Selanjutnya pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara Pengambilan Keputusan (X2) dengan Prestasi Kerja Guru (Y), =0,2670 Pengujian signifikansi koefisien korelasi antara Pengambilan Keputusan (X2) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) dengan menggunakan t-test. Hasil pengujian koefisien korelasi tersebut tertera pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien

Korelasi antara X2 dengan Y

N








62 0,267 2,886 2,280 2,010



Keterangan:

ry.2 : Koefisien korelasi antara X2 denga Y

** : Koefisien korelasi sangat siginifikan ( =2,886> =2,280 dan = 2,010)



Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi sangat signifikan. Ini berarti terdapat hubungan positif pengambilan keputusan dengan Prestasi Kerja Guru. Berdasarkan angka koefisien korelasi tersebut dapat dihitung pula koefisien determinasinya = 0,0713 . Hal ini berarti bahwa 7,1% dari Prestasi kerja guru (Y) dapat dijelaskan Pengamblan keputusan (X2).

Untuk menjelaskan hubungan antara Pengambilan Keputusan (X2) dengan Prestasi kerja Guru (Y), jika Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dikontrol dilakukan analisis korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial yang diperoleh, antara Y dengan X2, dimana X1 dikontrol = 0,267 Pengujian signifikansi koefisien korelasi parsial antara Pengambilan Kepala Sekolah (X2) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) dengan melakukan kontrol terhadap Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dilakukan dengan cara mengkom-parasikan dengan Tabel r kritis Pearson Product Moment. Hasil pengujian tertera pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial

Korelasi Parsial






= 0,2670

1,106** 2,280 2,010



Keterangan:

** : koefisien korelasi parsial tidak signifikan ( = 1,106< = 2,280 dan =2010

: koefisien korelasi parsial antara Y atas X2 kontrol terhadap X1.



Interpretasi dari hasil pengujian di atas, jika Variabel Pengambilan Keputusan(X1) dikontrol, ternyata Variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X2) mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan Variabel Prestasi Kerja (Y).

1.3 Pengujian Hipotesis Ketiga: Komunikasi Kepala Sekolah dan Pengambilan Keputusan dengan Usaha Prestasi Kerja Guru

Hipotesis ketiga penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikkan antara Komunikasi Kepala Sekolah dan Pengambilan keputusan secara bersama-sama dengan Prestasi Kerja Guru Langkah selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi persamaan regresi ganda tersebut. Dari hasil perhitungan diperoleh regresi ganda Ŷ Hasil pengujian signifikansi regresi ganda tertera pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Hasil Analisis Varians Pengujian Signifikansi Regresi Ganda

Ŷ=38,851+0,3216X1+0,2673X2

Sumber Varians dk JK RJK






Regresi (b/a) 2 1718,11 85,9055 5,290** 2,80 3,140

Sisa 59 9580,51 165,381 - - -

Total 60 11298,65 - - - -



Keterangan:

dk : derajat kebebasan

JK : Jumlah Kuadrat

RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat

** : Regresi sangat siginifikan ( = 5,290> = 2,80 dan = 3,140)



Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel.4.12, dapat disimpulkan bahwa regresi ganda Ŷ=38,851+0,3216X1+0,2673X2 adalah sangat signifikan. Selanjut-nya dilakukan pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi ganda antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1), Pengambilan Keputusan (X2) secara bersama-sama dengan Prestasi Kerja Guru (Y), =0,3899 Pengujian signifikansi korelasi ganda dilakukan dengan rumus F-test. Hasil perhitungan pengujian signifikansi korelasi ganda tertera pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda

N








60 0,3899 5,984** 3,140 3,15



Keterangan:

ry.1.2 : Koefisien korelasi antara X1, X2, secara bersama-sama dengan Y

** : Koefisien korelasi sangat siginifikan ( = 5,984> = 3,140 dan = 3,15)



Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1), Pengambilan Keputusan (X2), secara bersama-sama dengan Prestasi Kerja (Y) sangat signifikan. Dari koefisien korelasi tersebut dapat dihitung pula koefisien determinasinya 0,3899= 0,1520, hal ini berarti bahwa 15% dari prestasi Kerja Guru dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh kedua variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dan variabel Pengambilan keputusan (X2).

2. Pembahasan

Hubungan antara dua variabel bebas yaitu komunikasi kepala sekolah (X1) dan Pengambilan Keputusan (X2) dengan variabel terikat yaitu Prestasi Kerja Guru (Y) yang dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment menghasilkan sejumlah koefisien korelasi yaitu ry.1 , ry.2 dan

Koefisien r y.1 adalah 0,2859 untuk variabel (X1) dengan variabel (Y) , korelasi keduavariabel menunjukkan hasil yang signifikan akan tetapi komunikasi kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi kerja guru hanya 8,1%.

Koefisien korelasi ry.2 adalah sebesar 0,267 untuk variabel (X2) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi pengambilan keputusan dalam meningkatkan Prestasi Kerja Guru hanya sebesar 7,1%

Koefisien korelasi ry.12 (R) adalah 0,3899 untuk variable (X1) dan variabel (X2) secara bersama-sama dengan variabel (Y), korelasi ketiga variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan secara bersama-sama dalam meningkatkan Prestasi Kerja Guru hanya sebesar 15%.

Hasil perhitungan masing-masing variabel bebas tersebut, komunikasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMK Negeri Kabupaten Bekasi dalam menjalankan kepemimpinannya untuk menciptakan Prestasi kerja Guru tidak terlalu besar, bila dikorelasikan hanya 8,1%. Hal ini berarti bahwa Prestasi Kerja Guru tidak selalu tergantung kepada komunikasi kepala sekolah . Demikian juga sumbangan Pengambilan Keputusan yang dijalankan oleh kepala sekolah terhadap Prestasi Kerja Guru hanya sebesar 7,1%, artinya juga bahwa Prestasi Kerja Guru tidak selalu tergantung pada Pengambilan keputusan.

Hasil korelasi secara bersama-sama kedua variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel (Y) adalah R = 0,3899, Hasil pengujian koefisien korelasi kedua variabel bebas dan terikat adalah signifikan. Dari hasil korelasi, setelah dihitung korelasi determinasinya diperoleh hasil sebesar 15%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan secara bersama-sama tidak terlalu besar signifikansinya.

Meskipun demikian, sekecil apapun sumbangan komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan terhadap prestasi kerja guru tetap diperlukan dan perlu terus ditingkatkan



D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan hasil penelitian ini, meskipun penelitian ini,diusahkan dapat dilakukan dengan akurat.

Pertama, penelitian ini hanya menggunakan sampel sebanyak 62 (enam puluh dua ) orang guru. Jika penambahan jumlah sampel dilakukan hasil penelitian akan lebih bermakna, tetapi akan menambah biaya yang harus disediakan untuk mengumpulkan data di lapangan. Oleh karena itu, jumlah sampel yang terlibat dalam studi ini dibatasi pada jumlah minimum sesuai dengan persyaratan statistik. Keterbatasan sampel ini dapat mengakibatkan kurang bervariasinya jawaban dari responden.

Kedua, jumlah sampel studi sangat kecil dibandingkan dengan jumlah populasi, dan sampel bukan merupakan representasi guru di SMAN sejenis di seluruh Indonesia, namun hanya terbatas di wilayah Kabupaten Bekasi yang meliputi kecamatan Cikarang Barat, Cikarang Selatan dan CIbarusah. Oleh karena itu tidak dapat dilakukan generalisasi hasil dan generalisasi variabel-variabel yang berhubungan dengan usaha meningkatkan prestasi kerja guru.

Ketiga, instrumen yang digunakan berbentuk angket. Hal ini mengakibatkan terbatasnya interpretasi yang dapat dilakukan terhadap variabel-variabel yang diteliti karena lebih banyak berdasarkan penilaian subyektif yang bersifat kuantitatif.

Keempat, faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Kerja Guru dari komunikasi kepala sekolah dan Pengambilan keputusan belum cukup Akan tetapi, sebenarnya masih banyak variabel-variabel lain yang berhubungan dengan Prestasi kerja guru.

Kelima, kekeliruan dalam analisis data kemungkinan saja dapat terjadi, tetapi telah diusahakan untuk mereduksi terjadinya kekeliruan tersebut.

Dengan adanya kekurangan dan keterbatasan ini, baik secara konseptual maupun teknis, maka penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan, terutama faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan prestasi kerja guru sehingga dapat meningkatkan kemajuan dan keberhasilan belajar siswa.


BAB IV


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Deskripsi Data

Deskripsi data hasil penelitian merupakan gambaran umum tentang variable-variabel hasil penelitian sebagai pendukung pembahasan selanjutnya. Berdasarkan banyaknya variabel dan mengacu pada masalah penelitian, maka deskripsi data dapat dikelompokan ke dalam 3(tiga) kelompok, yaitu : Prestasi Kerja Guru (Y), Komunikasi (X1) dan Pengambilan Keputusan (X2). Data tersebut adalah hasil kuantitatif terhadap jawaban responden atas angket (kuesioner) yang disebar.

Proses perhitungan dilakukan dengan cara pemberian skor pada tiap-tiap butir atau item kuesionert yang telah diisi oleh responden, kemudian diolah dengan menggunakan statistika deskriptif, sehingga diperoleh nilai rata-rata, median, modus, standar deviasi, varians, dan distribusi frekuensi yang disertai grafik histogram.



1. Variabel Prestasi Kerja Guru

Banyaknya data responden untuk variabel Prestasi Kerja Guru yang dinilai oleh Kepala Sekolah adalah 62 buah dengan total skor 5768.Hasil perhitungan terhadap variabel Prestasi Kerja Guru, diperoleh skor terendah 80 dan skor tertinggi 113 dengan rentang skor 33, Total skor tersebut diperoleh dari 25 pernyataan dengan skor skala 5. Jumlah skor teoritis minimal dan maksimal yang mungkin terjadi adalah 0 - 125 Perhitungan terhadap distribusi skor tersebut menghasilkan : (1) Nilai Rata-rata = 93,03, (2) Standar Deviasi = 9,21, (3) Modus = 87, (4) Median = 91,5, dan (5) Varians = 84,82. Sebaran skor Prestasi Kerja Guru dalam bentuk Tabel frekuensi dan histogram disajikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Prestasi Kerja Guru (Y)

Nomor Kelas Batas Frekuensi

Kelas Interval Kelas Absolut Rel. (%) Kum (%)

1 80 -84 79.5 - 84.5 15 24.19 24.19

2 85 - 89 84.5 - 89.5 12 19.35 43.55

3 90 - 94 89.5 - 94.5 7 11.29 54.84

4 95 - 99 94.5 - 99.5 11 17.74 72.58

5 100 - 104 99.5 - 104.5 7 11.29 83.87

6 105 - 109 104.5 - 109.5 8 12.9 96.77

7 110 - 114 109.5 -113.5 2 3.23 100

TOTAL 62 100









Gambar 4.1 : Histogram Frekuensi Prestasi Kerja Guru



2. Variabel Komunikasi Kepala Sekolah

Banyaknya data responden untuk variabel Komunikasi Kepala Sekolah yang dinilai oleh Guru SMK di Kabupaten Bekasi adalah 62 buah responden dengan total skor 5737 .Hasil perhitungan terhadap variabel Komunikasi Kepala Sekolah, diperoleh skor terendah 80 dan skor tertinggi 107 dengan rentang skor 27, Total skor tersebut diperoleh dari 23 pernyataan dengan skor skala 5. Jumlah skor teoritis minimal dan maksimal yang mungkin terjadi adalah 0 - 115 Perhitungan terhadap distribusi skor tersebut menghasilkan : (1) Nilai Rata-rata = 92,53, (2) Standar Deviasi = 7,33, (3) Modus = 92, (4) Median = 92, dan (5) Varians = 83,66. Sebaran skor Komunikasi Kepala Sekolah dalam bentuk Tabel frekuensi dan histogram disajikan pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Komunikasi Kepala Sekolah (X1)

Nomor Kelas Batas Frekuensi

Kelas Interval Kelas Absolut Rel. (%) Kum (%)

1 80 – 83 79.5 - 83.5 7 11.29 11.29

2 84 – 87 83.5 - 87.5 8 20.97 32.26

3 88 – 91 87.5 - 91.5 11 8.06 40.32

4 92 – 95 91.5 - 95.5 15 29.03 69.35

5 96 – 99 95.5 - 99.5 10 20.97 90.32

6 100 – 103 99.5 - 103.5 6 6.45 96.77

7 104 – 107 104.5 - 107.5 5 3.23 100

TOTAL 62 100





Gambar 4.2 : Histogram Komunikasi Kepala Sekolah (X1)



3. Variabel Pengambilan Keputusan

Banyaknya data responden untuk variabel Pengambilan Keputusan yang dinilai oleh Guru SMK di Kabupaten Bekasi adalah 62 buah responden dengan total skor 5665 .Hasil perhitungan terhadap variabel Komunikasi Kepala Sekolah, diperoleh skor terendah 80 dan skor tertinggi 105 dengan rentang skor 25, Total skor tersebut diperoleh dari 21 pernyataan dengan skor skala 5. Jumlah skor teoritis minimal dan maksimal yang mungkin terjadi adalah 0 - 105 Perhitungan terhadap distribusi skor tersebut menghasilkan : (1) Nilai Rata-rata = 91,37, (2) Standar Deviasi = 6,19, (3) Modus = 91, (4) Median = 91, dan (5) Varians = 38,27. Sebaran skor Komunikasi Kepala Sekolah dalam bentuk Tabel frekuensi dan histogram disajikan pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengambilan Keputusan (X2)

Nomor Kelas Frekuensi

Kelas Interval Absolut Rel. (%) Kum (%)

1 80 - 83 8 12.90 12.90

2 84 - 87 10 16.13 29.03

3 88 - 91 14 22.58 51.61

4 92 - 95 15 24.19 75.81

5 96 - 99 7 11.29 87.10

6 100 - 103 7 11.29 98.39

7 104 - 107 1 1.61 100.00

TOTAL 62 100.00











Gambar 4.3 : Histogram Pengambilan Keputusan (X2)



B. Pengujian Persyaratan Analisis

Analisis data untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis statistic parametric yaitu analisis regresi dan korelasi sederhana dan ganda. Pengujian persyaratan analisis ini meliputi normalitas dan pengujian homogenitas.

1. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas data variabel bebas, yaitu variabel Komunikasi Kepala Sekolah dan variabel Pengambilan keputusan . Untuk mengetahui apakah data populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak, diuji dengan menggunakan Lilliefors Test. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa yang disimbolkan dengan untuk sebaran galat taksiran berdasarkan model regresi, lebih kecil dari nilai kritis yang tertera pada Tabel 4.4 448

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Normalitas

No. Galat Taksiran Regresi Y atas X Nilai

Nilai

Nilai

Kesimpulan

Regresi Y atas X1 0,0973 0,130 0,112 Normal

Regresi Y atas X2 0,0880 Normal



Hasil pengujian normalitas di atas menunjukkan bahwa . Hal tersebut menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi dan data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Pengujian Homogenitas

Pengujian homogenitas data dilakukan dengan menggunakan Barlett Test. Pengujian dengan teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan harga dengan harga . Jika harga , maka varians kedua variabel adalah homogen, dan sebaliknya jika , maka varians kedua variabel tidak homogen. Hasil perhitungan untuk pengujian homo-genitas varians skor Y ditinjau dari skor variabel bebas tertera pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Homogenitas Varians

Kelompok Skor Y dari Skor Xi

No. Variansi Nilai

Nilai

Nilai

Kesimpulan

1 Y atas X1 13,82 50,892 43,775 Homogen

2 Y atas X2 14,34 52,675 45,830 Homogen



Bardasarkan hasil perhitungan yang tertera pada Tabel4.5 dapat dilihat bahwa < dan . Maka dapat disimpulkana varians kelompok skor variabel terikat terhadap variabel bebas bersifat homogen.

C. Uji Hipotesis

1. Pengajuann Uji Hipotesis dan Permasalahannya

Penelitian ini mengajukan 3 (tiga) hipotesis yang perlu diuji secara empiris. Semua hipotesis adalah dugaan tentang hubungan antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1), Variabel Pengambilan Keputusan (X2), baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Variabel Usaha Prestasi Kerja Guru (Y).

1.1 Pengujian Hipotesis Pertama: Hubungan Komunikasi KepalaSekolah (X1) dengan Prestasi Kerja Guru (Y)

Hipotesis pertama penelitian ini adalah: Ada hubungan yang signifikan Komunikasi Kepala Sekolah dengan Prestasi Kerja Guru . Langkah yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis, adalah menghitung persamaan regresi sederhana Variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X1) terhadap Variabel Prestasi Kerja Guru (Y). Selanjutnya dilakukan pengujian linearitas dan signifikansi persamaan regresi tersebut. Dari hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi Ŷ=59,76 + 0,360X1 Hasil pengujian linearitas dan signifi-kansinya tertera pada Tabel 4.6.

a. Tabel 4.6 Hasil Analisis Varians Pengujian Linearitas dan Signifikansi Regresi Ŷ=59,76+0,360X1

Sumber Varians dk JK RJK






Total 62 541784 541784 - - -

Koefisien (a) 1 536610,065 536610,065 - - -

Regresi (b/a) 1 423,6966 423,6966 5,352** 7,17 4,03

Sisa 60 4749,6384 79,160 - - -

Tuna cocok 20 1475,9485 73,797 0,45085ns 2,57 1,94

Galat 40 3273,69 81,842 - - -



Keterangan:

dk : derajat kebebasan

JK : Jumlah Kuadrat

RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat

** : Regresi sangat siginifikan ( = 5,352> = 4,03)

ns : Regresi Linear ( =0,450< = 2,57 dan = 1,94)

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 10, dapat disimpulkan bahwa regresi Ŷ=59,76+0,360X1 adalah sangat signifikan dan linear. Selanjutnya dari persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika Komunikasi Kepala Sekolah dan Prestasi Kerja Guru diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap kenaikan Komunikasi Kepala sekolah naik satu poin akan disertai kenaikan skor Prestasi Kerja Guru sebesar 0,360 pada arah arah yang sama dengan konstanta 59,76.Secara grafis persamaan regresi tersebut digambarkan pada gambar 4

Gambar 4.6 Grafik Regresi Y=59,76+0,360X1

Selanjutnya pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dengan Prestasi kerja Guru (Y), =0,2859 Pengujian signifikansi koefisien korelasi antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) menggunakan t-test. Hasil pengujian koefisien korelasi tersebut tertera pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien

Korelasi antara X1 dengan Y

N








60 0,2859 2,31 2,280 2,010



Keterangan:

ry1 : Koefisien korelasi antara X1 denga Y

** : Koefisien korelasi sangat siginifikan ( = 2,31 > = 2,2800 dan = 2,010

Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi sangat signifikan. Ini berarti terdapat hubungan positif antara Komunikasi Kepala Sekolah dengan Prestasi Kerja Guru . Berdasarkan angka koefisien korelasi tersebut dapat dihitung pula koefisien determinasinya = 0,0817. Hal ini berarti bahwa 8,1% dari Prestasi Kerja Guru (Y) dapat dijelaskan oleh Komunikasi Kepala Sekolah (X1). Untuk menjelaskan hubungan antara Variabel Komunikasi Kepala Sekolah dengan Variabel presstasi kerja guru (Y) . Variabel Pengambilan Keputusan (X2) dikontrol dilakukan analisis korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial yang diperoleh antara Y dengan X1, dimana X2 dikontrol =0,2670 Pengujian signifikansi koefisien korelasi parsial antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) dengan melakukan kontrol terhadap Pengambilan Keputusan (X2) dilakukan dengan cara mengkomparasikan dengan tabel r kritis Pearson Product Moment. Hasil pengujian tertera pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial

Korelasi Parsial






= 0,2859

2,31** 2,2800 2,010



Keterangan:

** : koefisien korelasi parsial sangat signifikan ( = 2,31> = 2,280dan 2,010)

: koefisien korelasi parsial antara Y atas X1 kontrol terhadap X2.

Interpretasi dari hasil pengujian di atas, jika Variabel Pengambilan Keputusan(X2) dikontrol, ternyata Variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X1) mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan Variabel Prestasi Kerja (Y).

1.2 Pengujian Hipotesis Kedua: Pengambilan Keputusan dengan Prestasi Kerja Guru.

Hipotesis kedua penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan Kemampuan Pengambilan Keputusan dengan Prestasi Kerja Guru . Langkah yang dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah menghitung persamaan regresi sederhana Variabel Kemampuan Kepala Sekolah (X2) terhadap Variabel Prestasi Kerja Guru (Y). Selanjutnya dilakukan pengujian linearitas dan signifi-kansi persamaan regresi tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi Ŷ=62,767+ 0,331X2 Hasil pengujian linearitas dan signifikansinya tertera pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Analisis Varians Pengujian Linearitas dan Signifikansi

Sumber Varians dk JK RJK



Total 62 541784 541784 - - -

Koefisien (a) 1 536610,065 536610,065 - - -

Regresi (b/a) 1 354,175 354,175 4,410 5,12 3,21

Sisa 60 4819,76 80,317 - - -

Tuna cocok 21 2316,982 110,332 0,9257ns 2,55 1,93

Galat 42 2502,778 64,1737 - - -



Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa regresi Ŷ= 62,767+0,331X2 adalah sangat signifikan dan linear. Selanjutnya dari persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa jika Pengambilan Keputusan dan Prestasi Kerja guru diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini dalam penelitian ini, maka setiap kenaikan pengambilan keputusan satu poin akan disertai kenaikan skor prestasi kerja guru sebesar 0,331 pada arah yang sama,dengan konstanta 62,767.Secara Grafis persamaan regresi tersebut digambarkan pada gambar 4.7



Gambar 4.7 Garis Regresi Y=62,767+0,331X2

Selanjutnya pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi antara Pengambilan Keputusan (X2) dengan Prestasi Kerja Guru (Y), =0,2670 Pengujian signifikansi koefisien korelasi antara Pengambilan Keputusan (X2) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) dengan menggunakan t-test. Hasil pengujian koefisien korelasi tersebut tertera pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien

Korelasi antara X2 dengan Y

N








62 0,267 2,886 2,280 2,010



Keterangan:

ry.2 : Koefisien korelasi antara X2 denga Y

** : Koefisien korelasi sangat siginifikan ( =2,886> =2,280 dan = 2,010)



Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi sangat signifikan. Ini berarti terdapat hubungan positif pengambilan keputusan dengan Prestasi Kerja Guru. Berdasarkan angka koefisien korelasi tersebut dapat dihitung pula koefisien determinasinya = 0,0713 . Hal ini berarti bahwa 7,1% dari Prestasi kerja guru (Y) dapat dijelaskan Pengamblan keputusan (X2).

Untuk menjelaskan hubungan antara Pengambilan Keputusan (X2) dengan Prestasi kerja Guru (Y), jika Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dikontrol dilakukan analisis korelasi parsial. Koefisien korelasi parsial yang diperoleh, antara Y dengan X2, dimana X1 dikontrol = 0,267 Pengujian signifikansi koefisien korelasi parsial antara Pengambilan Kepala Sekolah (X2) dengan Prestasi Kerja Guru (Y) dengan melakukan kontrol terhadap Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dilakukan dengan cara mengkom-parasikan dengan Tabel r kritis Pearson Product Moment. Hasil pengujian tertera pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial

Korelasi Parsial






= 0,2670

1,106** 2,280 2,010



Keterangan:

** : koefisien korelasi parsial tidak signifikan ( = 1,106< = 2,280 dan =2010

: koefisien korelasi parsial antara Y atas X2 kontrol terhadap X1.



Interpretasi dari hasil pengujian di atas, jika Variabel Pengambilan Keputusan(X1) dikontrol, ternyata Variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X2) mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan Variabel Prestasi Kerja (Y).

1.3 Pengujian Hipotesis Ketiga: Komunikasi Kepala Sekolah dan Pengambilan Keputusan dengan Usaha Prestasi Kerja Guru

Hipotesis ketiga penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikkan antara Komunikasi Kepala Sekolah dan Pengambilan keputusan secara bersama-sama dengan Prestasi Kerja Guru Langkah selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi persamaan regresi ganda tersebut. Dari hasil perhitungan diperoleh regresi ganda Ŷ Hasil pengujian signifikansi regresi ganda tertera pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Hasil Analisis Varians Pengujian Signifikansi Regresi Ganda

Ŷ=38,851+0,3216X1+0,2673X2

Sumber Varians dk JK RJK






Regresi (b/a) 2 1718,11 85,9055 5,290** 2,80 3,140

Sisa 59 9580,51 165,381 - - -

Total 60 11298,65 - - - -



Keterangan:

dk : derajat kebebasan

JK : Jumlah Kuadrat

RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat

** : Regresi sangat siginifikan ( = 5,290> = 2,80 dan = 3,140)



Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel.4.12, dapat disimpulkan bahwa regresi ganda Ŷ=38,851+0,3216X1+0,2673X2 adalah sangat signifikan. Selanjut-nya dilakukan pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment. Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi ganda antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1), Pengambilan Keputusan (X2) secara bersama-sama dengan Prestasi Kerja Guru (Y), =0,3899 Pengujian signifikansi korelasi ganda dilakukan dengan rumus F-test. Hasil perhitungan pengujian signifikansi korelasi ganda tertera pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda

N








60 0,3899 5,984** 3,140 3,15



Keterangan:

ry.1.2 : Koefisien korelasi antara X1, X2, secara bersama-sama dengan Y

** : Koefisien korelasi sangat siginifikan ( = 5,984> = 3,140 dan = 3,15)



Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Komunikasi Kepala Sekolah (X1), Pengambilan Keputusan (X2), secara bersama-sama dengan Prestasi Kerja (Y) sangat signifikan. Dari koefisien korelasi tersebut dapat dihitung pula koefisien determinasinya 0,3899= 0,1520, hal ini berarti bahwa 15% dari prestasi Kerja Guru dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh kedua variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variabel Komunikasi Kepala Sekolah (X1) dan variabel Pengambilan keputusan (X2).

2. Pembahasan

Hubungan antara dua variabel bebas yaitu komunikasi kepala sekolah (X1) dan Pengambilan Keputusan (X2) dengan variabel terikat yaitu Prestasi Kerja Guru (Y) yang dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment menghasilkan sejumlah koefisien korelasi yaitu ry.1 , ry.2 dan

Koefisien r y.1 adalah 0,2859 untuk variabel (X1) dengan variabel (Y) , korelasi keduavariabel menunjukkan hasil yang signifikan akan tetapi komunikasi kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi kerja guru hanya 8,1%.

Koefisien korelasi ry.2 adalah sebesar 0,267 untuk variabel (X2) dengan variabel (Y), korelasi kedua variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi pengambilan keputusan dalam meningkatkan Prestasi Kerja Guru hanya sebesar 7,1%

Koefisien korelasi ry.12 (R) adalah 0,3899 untuk variable (X1) dan variabel (X2) secara bersama-sama dengan variabel (Y), korelasi ketiga variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Akan tetapi Komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan secara bersama-sama dalam meningkatkan Prestasi Kerja Guru hanya sebesar 15%.

Hasil perhitungan masing-masing variabel bebas tersebut, komunikasi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMK Negeri Kabupaten Bekasi dalam menjalankan kepemimpinannya untuk menciptakan Prestasi kerja Guru tidak terlalu besar, bila dikorelasikan hanya 8,1%. Hal ini berarti bahwa Prestasi Kerja Guru tidak selalu tergantung kepada komunikasi kepala sekolah . Demikian juga sumbangan Pengambilan Keputusan yang dijalankan oleh kepala sekolah terhadap Prestasi Kerja Guru hanya sebesar 7,1%, artinya juga bahwa Prestasi Kerja Guru tidak selalu tergantung pada Pengambilan keputusan.

Hasil korelasi secara bersama-sama kedua variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel (Y) adalah R = 0,3899, Hasil pengujian koefisien korelasi kedua variabel bebas dan terikat adalah signifikan. Dari hasil korelasi, setelah dihitung korelasi determinasinya diperoleh hasil sebesar 15%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan secara bersama-sama tidak terlalu besar signifikansinya.

Meskipun demikian, sekecil apapun sumbangan komunikasi kepala sekolah dan pengambilan keputusan terhadap prestasi kerja guru tetap diperlukan dan perlu terus ditingkatkan



D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan hasil penelitian ini, meskipun penelitian ini,diusahkan dapat dilakukan dengan akurat.

Pertama, penelitian ini hanya menggunakan sampel sebanyak 62 (enam puluh dua ) orang guru. Jika penambahan jumlah sampel dilakukan hasil penelitian akan lebih bermakna, tetapi akan menambah biaya yang harus disediakan untuk mengumpulkan data di lapangan. Oleh karena itu, jumlah sampel yang terlibat dalam studi ini dibatasi pada jumlah minimum sesuai dengan persyaratan statistik. Keterbatasan sampel ini dapat mengaki