Senin, 25 Januari 2016

PROPOSAL PTK 2016





PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS



JUDUL            :    METODE BELAJAR  ‘OUTENTIC LEARNING ‘
                               DALAM  MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
                               PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL
                               DI KELAS X PEMASARAN 1 SMK NEGERI 11 BANDUNG



NAMA GURU                       :     RODIYAH, S.Pd, M.Pd.

NIP                                         :     19700111 200801 2 003

ASAL SEKOLAH                 :    SMK NEGERI  11  KOTA BANDUNG

ALAMAT SEKOLAH          :    JL. BUDI CILEMBER BANDUNG 40175

TELP.SEKOLAH                 :     022-6652442       FAX.022-6613508

KAB/KOTA                           :     BANDUNG

PROPINSI                             :      JAWA BARAT

EMAIL PRIBADI                 :      motivator.diyah5@gmail.com   

NO. HP.PRIBADI                 :      081-387-120-110





































LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS



METODE BELAJAR ‘OUTENTIC LEARNING,
DALAM  MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL
DI KELAS X PEMASARAN 1 SMK NEGERI 11 BANDUNG
TAHUN 2016








                                                                                               Bandung, 19 Januari 2016      
                                                             
     Mengetahui : 
     Kepala SMKN 11 Bandung                                            Penulis,




    Dra. Nani Sri Iriyani                                                       Rodiyah, S.Pd, M.Pd.
    NIP. 19621211 198903 2 007                                           NIP. 19700111 200801 2 003














PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.    JUDUL PENELITIAN
           Metode  Belajar ‘Outentic Learning’ Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Simulasi Digital di Kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 11 Kota Bandung.

B.     PENDAHULUAN
          Pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik, pembelajaran juga mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.
          Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat mencapai sesuatu yang objektif yang ditentukan oleh pencapaian pengetahuan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya   interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
         Pada saat terjadinya interaksi antara pendidik dan peserta didik disitulah akan timbul suatu penilaian sebagai hasil dari pembelajaran dan guru harus bersemangat memberikan motivasi dan mengeksploitasi kemampuan siswa sebesar-besarnya sehingga siswa dapat menemukan dan menunjukkan semangat untuk prestasi belajarnya melalui metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang bersangkutan.
         Dewasa ini paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam pembelajaran, menjadi pendekatan yang lebih modern yang berpusat kepada siswa. Dalam pendekatan ini, siswa aktif merekontruksi pengetahuan yang dimilikinya sedangkan guru hanyalah sebagai fasilitator untuk mengembangkan kemampuan.
           Metode belajar ‘ Outentic Learning” adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna
konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary, 1998), bahwa  dengan metode pembelajaran ‘Outentic Learning’ siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap maksud dalam materi akademis yang mereka terima, mampu mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya serta mampu mengaplikasikannya ke dalam dunia nyata.
            Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan, dan pada penelitian ini, akan penulis coba penggunaan metode ini pada mata pelajaran simulasi digital di kelas X Pemasaran 1 SMKN 11 Kota Bandung.

C.    IDENTIFIKASI MASALAH
         Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan sejumlah masalah untuk diteliti lebih lanjut :
1.    Apakah pengaruh outentic learning sebagai salah satu metode pembalajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar  siswa  Kelas X Pemasaran 1 SMKN 11 Kota Bandung ?
2.    Apakah pengaruh outentic learning  terhadap peningkatan  prestasi belajar  dan dapat mengefektifkan pembelajaran bagi peserta didik kelas X Pemasaran1  SMKN 11 Kota Bandung?
3.    Apakah outentic learning merupakan salah satu metode pembelajaran  yang dapat mengefektifkn pembelajaran keahlian pemasaran di kelas X Pemasaran 1 SMKN 11 Kota Bandung ?

D.   PEMBATASAN MASALAH
         Dari uraian identifikasi masalah diatas ternyata banyak faktor yang mempengaruhi  peningkatan prestasi belajar peserta didik, karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, tenaga, dan agar penelitian terarah, maka penelitian ini hanya akan membahas pada :  Pengaruh metode pembelajaran outentic learning  dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata  pelajaran simulasi digital    di  Kelas  X
 Pemasaran 1 SMK Negeri 11 Kota Bandung.
E.       PERUMUSAN MASALAH
          Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan dibahasa dalam penelitian ini adalah :
          “Apakah outentic learning  merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa  ?”

F.     PEMECAHAN MASALAH
      Berdasarkan rumusan masalah diatas maka pemecahan masalah melalui hipotesis adalah :
      “Jika  metode belajar ‘Outentic learning’ diterapkan  pada pembelaajran mata pelajaran simulasi digital maka prestasi belajar siswa  kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 11 Kota Bandung akan meningkat “.

G.    TUJUAN PENELITIAN
          Ingin mengetahui metode belajar ‘outentic learning’  sebagai salah satu model pembelajaran  dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran simulasi digital  di kelas X  Pemasaran 1 SMK Negeri 11 kota Bandung.

H.    MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari Hasil Penelitian ini adalah :
1.      Memberikan motivasi belajar bagi siswa sehingga meningkat prestasi belajarnya.
2.      Memberikan motivasi dan inovasi kepada guru untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang lebih profesional
3.      Memberikan informasi dan masukan kepada satuan pendidikan untuk memperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kualitas pendidikan sehingga mendukung guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

I.       KAJIAN TEORITIS
1.      Model Pembelajaran ‘Outentic Learning’.
            Menurut definisi, "belajar otentik" berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan


siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk mereka.
           Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran otentik memiliki beberapa karakteristik kunci diantaranya yaitu:
a.       Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
b.      Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
c.       Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
d.      Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
e.       Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir lebih tinggi, seperti menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi informasi.
f.        Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
g.        Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua membantu / pembinaan dalam proses pembelajaran.
h.       Pembelajar menggunakan perancah teknik.
i.         Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan & Francis, 1992).
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran yang tradisional dengan Ciri-ciri pembelajarannya yaitu:
a.       Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa;

b.      Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki;
c.       Belajar bersifat interdisipliner;
d.      Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
e.       Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi;
f.       Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
g.      Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
h.      Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya sendiri;
i.        Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
j.        Siswa bekerja dengan banyak sumber;
k.      Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
Berikut adalah Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran otentik, yaitu:
Kelebihan
a.       Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelajaran dapat terjadi dimana saja.
b.      Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
c.       Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
d.      Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami materi secara utuh.
Kekurangan
a.    Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif


b.   Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
c.    Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.

2.      Prestasi Belajar Siswa
         Pengertian prestasi belajar menurut Poerwanto (1986:28) yaitu : Hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport, selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar dengan bobot yang dicapainya.
          Prestasi belajar menurut S. Nasution (1996:17) adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
 Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek : kognitif, afektif, dan psikomotor dan sebaliknya kurang sempurna apabila tidak memenuhi ketiga aspek tersebut. (Ketercapaian Prestasi Belajar <<Dunia Ilmu, ridwan 202.wordpresss.com/2008/05/03.. google.com).

3.    Pengaruh Metode Belajar ‘Outentic Learning’ Terhadap Prestasi Belajar
           Pendidikan dalam beragam cara dan bentuk selalu bermuara pada suatu tujuan yaitu terjadinya proses transfer informasi beserta ilmu pengetahuan, untuk mencapai tujuan  tersebut para praktisi menyusun suatu strategi/metode pengajaran ‘Outentic Learning’ bertujuan agar siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan,sehingga melalui metode pembelajaran ‘Outentic Learning’ diharapkan  prestasi belajar siswapun akan meningkat dengan baik.



4.  Evaluasi Hasil Belajar
          Evaluasi dalam istilahnya terkadang disamakan dengan penilaian. Dimana menurut Tyler (1950 dalam Arikunto: 2001) merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan tercapai. Dalam arti luas evaluasi diartikan sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang tepat untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978 dalam Purwanto, 2006). Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data dan berdasarkan data tersebut kemudian dicoba untuk membuat keputusan (Purwanto, 2006).
            Dalam hubungannya dengan pengajaran Gronlund (1976 dalam Purwanto, 2006) merumuskan evaluasi sebagai proses sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Sedangkan Wrightsone, dkk (1956 dalam Purwanto, 2006) menyebutkan bahwa evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetakan di dalam kurikulum.
Untuk mengadakan evaluasi hasil belajar siswa, maka harus ada proses-proses penilaian terlebih dahulu. Dimana Arikunto (2001) menjelaskan bahwa penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi yaitu:
a.       Makna Bagi Siswa
Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari perkerjaan menilai ini adalah dua kemungkinan yaitu memuaskan dan tidak memuaskan dimana tentu saja masing-masing kemungkinan tersebut mempunyai konsekuensi kepada siswa.
b.       Makna Bagi Guru
Dengan hasil penilaian yang diperoleh oleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah
berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini, guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa yang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.
      Guru juga akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
      Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba untuk mencari cara lain untuk mengajar
c.        Makna Bagi Sekolah
Hasil penilaian merupakan cerminan dari kualitas sekolah secara keseluruhan, apakah kondisi yang belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan ataukah masih jauh dari tujuan.
      Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang. Sehingga informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ketahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk memenuhi standar ataukah belum. Pemenuhan standar salah satunya akan terlihat dari perolehan nilai yang dipatkan oleh siswa.
5.       Fungsi Evaluasi Hasil Belajar
Purwanto (2006) menjelaskan bahwa fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokan menjadi empat fungsi yaitu:
a.       Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi normatif) atau untuk mengisi rapor atau surat tanda kelulusan, yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus-tidaknya seorang siswa dari suatu lembaga tertentu (fungsi sumatif).
b.      Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Kompenen-komponen yang dimaksud antara lain adalah tujuan, materi, atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi. Dihubungkan dengan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi Nasional) sebagai salah satu strategi pengembangan program pengajaran, kedudukan dan fungsi evaluasi dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut.
c.       Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling, dimana hasil-hasil evaluasi yang telah dilaksankan leh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya seperti:   Membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kekuatan atau kemampuan siswa, Untuk mengetahui dalam hal-hal apa seseorang atau kelompok siswa memerlukan layanan perbaikan nilai, Sebagai dasar menangani kasus-kasus tertentu diantara siswa, Sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam bimbingan karier, Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Seorang guru yang dinamis tidak akan begitu saja mengikuti apa yang tertera di dalam kurikulum, ia akan selalu berusaha untuk menentukan dan memilih materi-materi mana yang sesuai dengan kondisi siswa dan situasi lingkungan serta perkembangan masyarakat saat itu. Evaluasi secara luas merupakan acuan dasar untuk mengetahui hal tersebut.
6.     Ciri Program Evaluasi yang Baik
Dressel (Purwanto, 2006) menjelaskan bahwa evaluasi itu akan efektif jika dapat membuktikan sampai dimana perubahan itu terjadi di dalam diri siswa, akan berguna (kondusif) bagi pembelajaran jika ia mendorong dan membangkitkan siswa untuk mengevaluasi diri (self evaluation), berguna bagi pengajaran jika hasilnya dapat mengemukakan tipe-tipe pokok dari tingkah laku yang tidak sesuai dan sebab-sebab mendukungnya, mampu bermakna jika di dalam belajar ia memungkinkan dan mendorong latihan atas inisiatif individu, dan kegiatan-kegiatan dan latihan-latihan yang dikembangkan untuk tujuan pengevaluasian tingkah laku tertentu juga berguna bagi mengajar dan belajar tingkah laku tersebut. Purwanto (2006) menjelaskan ciri-ciri program evaluasi yang baik yaitu:
a.       Desain atau rancangan program evaluasi yang komprehensif . Tujuan-tujuan umum yang akan dinilai hendaknya mencakup tidak hanya konsep, keterampilan, dan pengetahuan, tetapi juga apresiasi, sikap, minat, pemikiran kritis, dan penyesuaian diri yang bersifat personal dan sosial. Suatu desain evaluasi dikatakan komprehensif jika ia mencakup nilai-nilai dan tujuan-tujuan pokok yang akan dicapai oleh sekolah itu bagi setiap individu siswa. Guru-guru harus melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dalam hal pengetahuan-pengetahuan akademis, tetapi juga dalam hal menyangkut pertumbuhan kepribadian siswa seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaiannya secara emosional dan sosial. Dengan kata lain, guru sebagai pendidik hendaknya memfokuskan tugasnya terhadap anak didik sebagai keseluruhan pribadi intelektual, mental, emosional, dan sosial. Tentu saja, untuk menilai aspek-aspek yang bersifat komprehensif dari suatu individu tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan bermacam-macam alat evaluasi yang sesuai bagi setiap aspek yang akan dinilai disertai kemampuan dan kecakapan guru dalam melaksanakan alat evaluasi itu (Purwanto, 2006).
b.      Perubahan-perubahan tingkah laku individu harus mendasari penilaian pertumbuhan dan perkembangannya
c.       Tingkah laku total dari suatu individu-intelektual, fisik, emosional, dan sosial harus menjadi perhatian guru dalam setiap situasi belajar. Jika siswa belajar berhitung, atau IPA, atau sejarah, atau pelajaran apa saja, dia pada saat itu juga belajar mengubah sikap, mengembangkan minat, dan membuat penyesuaian secara emosional maupun sosial. Jika siswa merasa kecewa karena tugas-tugas yang terlalu sukar, atau jika ia bosan terhadap tugas-tugas yang terlalu mudah, maka sikapnya serta penyesuaian emosional dan sosialnya akan tampak menolak atau membenci, dan selanjutnya memperngaruhi situasi belajarnya.
d.      Oleh karena itu, guru harus tetap menyadari bermacan-macam aspek dari tingkah laku murid meskipun tujuan pokok dari pengalaman belajar itu mungkin untuk menguasai dalil-dalil yang diperlukan dalam pemecahan soal kimia misalnya. Tiap-tiap situasi belajar mencakup multiple learning yang menyangkut tidak hanya konsep-konsep intektual dan skills, tetapi juga penyesuaian fisik, emosional, dan sosial. Oleh sebab itu, tingkah laku total dari seorang siswa dalam tingkat tertentu dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya. Sehingga jika suatu kurikulum direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang luas, ini berarti pula bahwa tingkah lau siswa harus dievaluasi menurut tujuan dan nilai-nilai yang luas pula seperti yang dimaksud dalam kurikulum tersebut (Purwanto, 2006).
e.       Hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompok-kelompokan sedemikian rupa sehingga memudahkan interpretasi yang berarti. Hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari program evaluasi harus disimpulkan dalam pola penskoran yang jelas, secara statistik, grafik ataupun secara verbal, sehingga dari data evaluasi itu gambaran atau lukisan individu dapat dilihat dan dipahami dengan mudah, dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Dengan demikian, dapat dilihat bagaimana atau kearah mana perkembangan individu tersebut. Di dalam interpretasi ini hendaknya dilihat pula bagaimana hubungan antara skor-skor yang diperoleh siswa dalam tes-tes, dengan catatan-catatan kualitatif yang dibuat guru (anecdotal guru) tentang anak tersebut, sehingga dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan total siswa tersebut dapat dibimbing sebaik-baiknya. Hal ini berarti pula data tentang kesehatan fisik, penyesuaian emosional dan sosial, minat-minatnya, sikapnya, dan hasil-hasil tes prestasi dari berbagai mata pelajaran tidak dipisahkan satu sama lain, tetapi harus dikorelasikan dan diintegrasikan ke dalam deskripsi yang merupakan kesatuan atau kebulatan dari individu (Purwanto, 2006).
f.       Program evaluasi haruslah berkesinambungan dan saling berkaitan (interrelated) dengan kurikulum
g.      Di sekolah-sekolah modern, evaluasi dipandang sebagai suatu proses yang berkesinambungan, dilakukan terus-menerus. Observasi, penilaian, dan tes-tes yang dilakukan dari hari-ke kari hendaknya direncanakan secara teratur sehingga guru dapat benar-benar mengevaluasi dan membimbing pertumbuhan siswa secara positif. Konsep ini berbeda dengan konsep tradisional yang memandang atau mengganggap tes itu adalah sebagai hasil akhir, dan bukan sebagai suatu alat untuk membimbing pertumbuhan. Suatu program evaluasi haruslah erat berkaitan dengan kurikulum sekolah karena ia merupakan bagian integral dengan pembimbingan pengalaman-pengalaman belajar siswa. Dengan kata lain, tercapai tidaknya tujuan-tujuan kurikulum itu tercermin di dalam hasil-hasil penilaian terhadap pencapaian belajar dan perubahan-perubahan tingkah laku pada murid-murid. Dengan demikian, program evaluasi menjadi berarti tidak hanya untuk membimbing pertumbuhan siswa, tetapi juga bagi pembinaan dan perkembangan kurikulum serta metode-metode yang sesuai (Purwanto, 2006).












 



J.      KERANGKA KONSEPTUAL


 



























K.    HIPOTESIS
          Berdasarkan  hasil rancangan kerangka konseptual yang penulis buat, maka hipotesis dari penelitian tindakan kelas ini adalah : “Outentic Learning  adalah salah model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran simulasi digital’
L.     METODOLOGI PENELITIAN                                   
1.      Tempat dan Subjek Penelitian,
Tempat penelitian  dilaksanakan ditempat penulis mengajar  mengajar yakni SMK Negeri 11 Kota Bandung.
2.      Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari awal bulan
 Februari 2016  s/d  bulan Juni 2016
3.      Subyek penelitian,
Subyek penelitian adalah siswa kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 11 Kota Bandung, Jumlah siswa 35 siswa terdiri dari laki-laki 7 laki-laki dan 28  perempuan.
4.      Metode Penelitian
          Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan menggunakan metode siklus dengan tiga siklus. Masing-masing siklus dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pada mata pelajaran simulasi digital, bila dibandingkan dengan kemampuan siswa pada awal penelitian melalui nilai yang didapat dari hasil metode pembelajaran konvensional (menggunakan modul, buku, dan ceramah  tentang simulasi digital ).
         Selanjutnya data awal dibandingkan dengan hasil siklus satu dan kemudian dievaluasi untuk melanjutkan pada siklus dua selanjutnta dievaluasi serta refleksi untuk melangkah pada siklus ketiga hingga mendapat hasil maksimal.

5.      Tindakan Penelitian
            Rencana perbaikan pembelajaran di kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 11 Kota Bandung, dilaksanakan secara bertahap yang merupakan siklus pembelajaran untuk mencapai tujuan perbaikan pembelajaran.Rumusan pembelajaran tersusun dalam rencana perbaikan pembelajaran secara umum rencana perbaikan setiap siklus adalah :

M.   JADWAL PENELITIAN

NO
KEGIATAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

1

Pengajuan judul
V
V






















2


Pengajuan Proposal


V





















3

Revisi Proposal



V
V



















4

Penelitian kelas





V
V

















5


Pelaksanaan refleksi







V
V















6
Pelaksanaan siklus










V
V
V












7


Pengolahan nilai












V
V
V









8
Evaluasi belajar
















V
V







9
Rekapitulasi Nilai


















V
V





10
Kesimpulan




















V
V



11
Laporan PTK






















V
V

12
Pengesahan PTK
























V








N.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Penelitian
Hasil penelitian akan dilihat dan dianalisis dari :
a.       Keaktifan siswa
b.      Hasil Belajar Siswa
2.    Pembahasan
           Pembahasan dari hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah Penelitian Tindakan kelas ini telah menghasilkan suatu pemecahan masalah mengenai pembelajaran yang efektif dengan menghasilkan kemajuan baik dalam aktifitas siswa maupun peningkatan dalam nilai pembelajaran yang menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa : “ Outentic Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran simulasi digital di kelas X PM 1 SMK Negeri 11 Kota Bandung.

O.    KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
        Kesimpulan dapat diambil setelah penelitian dilaksanakan dan diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sehingga kesimpulan benar-benar hasil dari proses penelitian tindakan kelas tersebut.
2.  Saran-saran
     Saran-saran akan disampaikan sesuai dengan temuan dari kekurangan ketika guru mengajar dengan metode pembelajaran yang belum sesuai dan telah menemukan metode pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran simulasi digital pada kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 11 kota Bandung.










P.     DAFTAR PUSTAKA


lagibelajargoblog.blogspot.com/.../pembelajaran-otentik-outentic-learnin...
https://pelangipsikologi.wordpress.com/.../authentic-as...
        Translate this page

        Djamara  Syarif  Bahri  (2000),     Konsep   dan    Makna   Pembelajaran,     Bandung,  
        CV. Alfabata.

 Hamalik  ( 1986),  Teori  Prestasi  Belajar, ebi bimbel.net Bimbingan Belajar / 301-T
                 Google.com

 Poerwanto (1986),    Ketercapaian Prestasi Belajar    <<    Dunia  Ilmu ridwan (202)
                wordpress.com /2008/05/03.

  S. Nasution (1986),    Ketercapaian Prestasi Belajar    <<    Dunia  Ilmu ridwan (202)
                wordpress.com /2008/05/03.

         Winkel  (1986),    Ketercapaian Prestasi Belajar    <<    Dunia  Ilmu ridwan (202)
         wordpress.com /2008/05/03.

 Sudjana  Nana (1999),   Strategi Belajar,  Jakarta,   Universitas Negeri Jakarta






                                                                                               Bandung, 19 Januari 2016      
                                                             
     Mengetahui : 
     Kepala SMKN 11 Bandung                                            Penulis,




    Dra. Nani Sri Iriyani                                                       Rodiyah, S.Pd, M.Pd.
    NIP. 19621211 198903 2 007                                           NIP. 19700111 200801 2 003



















1 komentar:

  1. BAGI YANG MEMBUTUHKAN PROPOSAL INI SAYA IJINKAN UNTUK MENDOWLOUDNYA, SMOGA BERMANFAAT YA BPK/IBU GURU YANG SAYA HORMATI !

    BalasHapus